Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro mengatakan kerjasama antara Indonesia dengan Korea Selatan untuk memproduksi pesawat jet tempur akan memberikan hasil pada tahun 2020 mendatang. Pasca tahun 2020 tersebut, kata Purnomo, pesawat tempur hasil kerjasama itu akan diproduksi untuk memperkuat pertahanan kedua negara.
Dijelaskan, saat ini Kementerian Pertahanan (Kemenhan) melepas keberangkatan Delegasi Indonesia yang merupakan Tim bersama pemerintah Korea Selatan atau Program Manager Unit (PMU) KF-X/IF-X dalam rangka pembuatan pesawat jet tempur KFX (Korea Fighter Xperiment).
"Pelepasan delegasi Ini tidak lanjut dari penandatanganan perjanjian proyek dengan diikuti kontrak kerjasama atau Contract Agreement yang telah dilakukan pemerintah RI, dalam hal ini Kemhan RI dengan pemerintah Korea Selatan pada beberapa waktu lalu," kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro di gedung Kemhan, Senin (11/7).
Dikatakanya, program Manager Unit (PMU) KF-X/IF-X (Program TD, Phase), meliputi program Director yang diawaki Kapuslitbang Iptekhan Kemhan selaku Ketua, dan Dirtekind Ditjen Pothan Kemhan, sebagai wakil ketua. "Fungsi dari Program Director ini adalah menjalankan dan bertanggungjawab terhadap keseluruhan pelaksanaan Program TD Phase Pesawat Tempur KF -X," ujarnya.
Dijelaskan, proyek pembuatan jet tempur KFX kedua negara memakan jangka waktu yang panjang dan terdiri dari beberapa fase. Menurutnya, setelah penandatangananan kontrak kerjasama, kedua negara akan memasuki fase technical development atau pengembangan teknis dalam kurun waktu setahun (2011-2012).
"Setelah itu, pada awal 2013 kerjasama akan masuk dalam fase enginering development. Pengembangan teknologi ini akan berlangsung selama 8 tahun sampai tahun 2020. Pasca 2020 dua negara baru akan melakukan produksi pesawat jet tempur tersebut," jelasnya.
Meski tahap produksi masih jauh alias 10 tahun, kedua negara sudah berbagi modal kerjasama. Anggaran awal yang dibutuhkan dalam kerjasama pengembangan pesawat jet tempur ini adalah US$50 juta untuk 2 tahun ke depan. Saat ini sudah pembagian rancang bangun prototipe pesawat tempur 20 persen bagian Indonesia dan sisanya 60 persen dari pemerintah Korsel dan 20 persen lagi oleh Korea Selatan Aerospace LTD.
"Dari pembagian ini, imbalan yang akan diterima Indonesia berupa pelibatan PT DI dalam pembukaan KFX mendapatkan 50 unit KFX," ucap Purnomo.
Dikatakan Purnomo lagi, Pesawat tempur KFX ini akan berkursi tunggal dan disokong oleh mesin kembar setara dengan kelas general elctric F414 atau snecma M88 yang digunakan pada F/A-18E/F Boieng dan Dassault Rafale.
"Bila kerjasama Indonesia Korsel berhasil maka pesawat tempur yang awalnya berkode KFX tersebut akan berganti nama menjadi F33 dan diharapkan mampu mendongkrak kekuatan AU serta meningkatkan daya tawar Indonesia dalam pergaulan Internasionshare 20 persen Indonesia atau US$ 10 juta dan 80 persen Korea atau US$40 juta," tandas Purnomo.
(JPNN.com)