PT Dirgantara Indonesia mengungkapkan, pihaknya harus menjual produksi minimal Rp2 triliun untuk menutupi modal yang dikeluarkannya.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso mengungkapkan, saat ini pihaknya telah menggandeng Airbus Military untuk menunjang pemasaran produksi. "Kita bersama-sama Airbus Military akan memasarkan dan memproduksi pesawat ke Asia Pacifik, dengan produksi pesawat 2212, 235, dan 295," ujar Budi di Jakarta, Rabu (6/7).
Kerja sama ini, lanjutnya, karena Dirgantara Indonesia ingin tetap sebagai aircraft manufactur dan bukan hanya aircraft componen saja. "PT Dirgantara Indonesia sebagai satu-satunya aircraft manufactur di Asia, dan kita tidak hanya ingin aircraft component saja. Sedangkan kerjasama dengan grup Boeing hanya bagian dari proses mereka saja," tutur Budi.
Terkait target kinerja perseroan, Budi menuturkan bahwa pihaknya harus menjual produksi mencapai Rp2 triliun untuk bisa mencatatkan break event point (BEP). Sekedar informasi, hingga kini perseroan baru menjual sekitar Rp1 triliun.
Selain itu, perseroan juga masih menyelesaikan nilai kontrak sekitar Rp3 triliun. Kontrak sebagian besar untuk aerostra, tiga unit maritime patrol dan kontrak lain yang sedang dikerjakan, "Kita dibantu PPA (Perusahaan Pengelola Aset) untuk menyelesaikan kontrak tersebut. Apabila tidak ada PPA maka kontrak itu akan terlambat," pungkasnya.
(Inilah)