Pesawat itu kemudian diidentifikasi sebagai Airbus 320 milik maskapai penerbangan Asiana Airlines yang datang dari China sedang bersiap-siap untuk mendarat di Incheon, bandara utama Seoul.
"Kami telah memperhatikan laporan yang terkait dan menyatakan kecemasan kami kepada pihak Korsel melalui saluran-saluran diplomatik," kata juru bicara Kemenlu Hong Lei dalam jumpa wartawan.
"(Kami) mengharapkan pihak Korsel melakukan langkah-langkah yang efektif untuk mencegah insiden seperti itu tidak terulang kembali dan menjamin keselamatan pesawat sipil dan para penumpang mereka terbang di wilayah udara Korsel."
Satu sumber kementerian pertahanan Korsel mengatakan pesawat itu, yang membawa 139 penumpang dan awak, tidak mengalami kerusakan dan berada 500 sampai 600 meter dari jangkauan tembak senapan-senapan K-2.
Kantor berita Yonhap dan media lainnya mengatakan serdadu-serdadu itu memperkirakan pesawat itu terbang di utara dari koridor udara normal. Para pejabat Asiana mengemukakan kepada kantor berita itu pesawat itu tidak pernah menyalahi rute yang telah direncanakannya.
Penembakan itu mencerminkan tingkat ketegangan antara dua Korea, yang secara teknis masih dalam keadaan perang setelah Perang Korea tahun 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata bukan perjanjian perdamaian, yang tahun lalu nyaris terlibat perang besar-besaran.
Korut menolak bertanggung jawab atas tenggelamnya kapal perang Seoul Maret lalu dan mengatakan Pyongyang melakukan insiden kedua menembaki pulau perbatasan Korsel, Yeonpyeong setelah Korsel melakukan latihan penembakan di laut dekat perairan yang disengketakan. Dua serangan itu menewaskan sekitar 50 warga Korsel.
(Media Indonesia)