Mendengar kanker payudara identik menyerang kaum wanita. Sebenarnya, penyakit ini bisa dicegah dengan mengubah gaya hidup mulai dari sekarang. Hindari gaya hidup menetap dan mulailah aerobik!
Latihan aerobik bisa mengurang risiko terkena kanker payudara dengan mengubah cara pemecahan dan metabolisme estrogen
Peneliti membagi dua kelompok dalam penelitian, yakni kelompok kontrol dengan gaya hidup yang menetap selama penelitian, dan kelompok intervensi pada wanita muda yang mengubah gaya hidupnya dengan melakukan latihan aerobik 30 menit dari yang ringan hingga berat sebanyak lima kali seminggu. Latihan aerobik tersebut termasuk treadmill, stair steppers atau elliptical machines.
Hasilnya, pada kelompok intervensi metabolisme estrogen 'baik' setelah 16 minggu meningkat. Estrogen ini yang berhubungan dengan menurunnya risiko kanker payudara. Wanita yang berolahraga aerobik menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam massa otot, hilangnya massa lemak, dan komposisi tubuh lebih baik.
Kadar estrogen berkaitan dengan risiko kanker payudara. Hormon tersebut akan naik pada puncak kesuburan wanita dan keberadaannya di tubuh bisa didorong oleh obat tertentu dan kondisi medis.
Peneliti menduga, timbunan lemak yang berlebih, perilaku yang menetap atau keduanya bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Untuk itu, latihan aerobik penting dalam memoderasi efek estrogen.
"Latihan, yang dikenal bisa mendukung kebugaran dan meningkatkan kesehatan jantung, juga kemungkinan membantu mencegah kanker payudara dengan mengubah metabolisme estrogen," kata Mindy S. Kurzer, Ph.D., profesor di Departemen Ilmu Pangan dan Gizi di University of Minnesota di Saint Paul seperti dikutip dnaindia, Minggu (12/5/2013).
Menurutnya, studi observasional menunjukkan aktivitas fisik menurunkan risiko kanker payudara, tetapi tidak ada studi klinis yang menjelaskan mekanisme tersebut.
Hasil studi ini dipublikasikan di Cancer Epidemiology, Biomarkers and Prevention, sebuah jurnal dari American Association for Cancer Research.
Kurzer juga bekerja sama dengan peneliti di University of Pennsylvania di Philadelphia, pada wanita dengan risiko tinggi untuk kanker payudara.
Sumber: liputan6.com