Warga Fatmawati, Lebak Bulus, Cipete, dan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, yang tergabung dalam Masyarakat Peduli MRT, kecewa terhadap Gubernur Joko Widodo. Mereka menilai Jokowi telah menipu mereka dalam hal pembangunan mass rapid transit atau MRT.
Setelah diluncurkannya proyek pembangunan MRT oleh Jokowi, Kamis (2/5/2013), Masyarakat Peduli MRT menyampaikan kekecewaannya terhadap kepemimpinan Jokowi dan Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Menurut mereka, Jokowi dan Basuki telah membohongi mereka.
Koordinator Masyarakat Peduli MRT Rudi Daniel mengatakan, Jokowi tidak menepati janjinya untuk membentuk tim kajian lintas kepentingan yang melibatkan Pemerintah Provinsi DKI, PT MRT Jakarta, Kementerian Perhubungan, lembaga swadaya masyarakat, wartawan, dan warga. Janji itu diucapkan oleh Jokowi dalam acara public hearing beberapa waktu lalu.
"Saat public hearing bulan Maret, saat saya menyampaikan ide, kepala Pak Jokowi sudah manggut-manggut dan bilang, 'Ide Anda bagus.' Saya tidak bohong, kalau saya bohong, saya rela ditembak mati. Para wartawan terutama yang membawa kamera pasti ada rekamannya," kata Rudi saat dihubungi, Kamis petang.
Secara pribadi, Rudi menyesal telah memilih pasangan Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI. Dia mengatakan, saat Pilkada DKI tahun lalu, dia menjadi salah satu anggota tim sukses Jokowi-Basuki. Saat itu bahkan dia sempat menemui Jokowi di Solo untuk memperjuangkan agar pembangunan jalur MRT yang melewati wilayah Jakarta Selatan agar dibangun di bawah tanah saja.
"Demi Tuhan, saya tidak bohong, saya sudah dijanjikan oleh Pak Jokowi waktu itu. Sama Pak Ahok juga bilang, 'Pilih kami, MRT akan dibangun bawah tanah.' Kepada semua warga, saya bilang, 'Coblos Jokowi, tokoh pembaharuan. Jangan pilih Fauzi Bowo karena korupsi.' Tapi jujur, saat ini kami seperti warga Warakas ataupun buruh, menyesal. Gubernur kita gampang janji," kata Rudi.
Rudi menjelaskan, Masyarakat Peduli MRT tidak menolak pembangunan MRT di Jakarta. Namun, ia menginginkan agar rute MRT ruas Lebak Bulus-Sisingamangaraja yang melewati permukiman mereka sebaiknya dibangun melalui jalur bawah tanah.
"Saya lahir di sini tahun 1960-an. Berapa pun ganti rugi, saya akan menolak karena ini bukan urusan uang, tapi ini soal tanah warisan. Kami punya catatan sejarah, selalu bayar pajak. Jokowi enggak lihat ini. Saya siap berdiri di depan toko saya, over my death body, langkahi dulu mayat saya," kata pengusaha marmer di sekitar Jalan Panglima Polim ini.
Hari ini Jokowi telah meresmikan peluncuran pembangunan MRT Fase 1 yang menghubungkan Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia. Pada tahap berikutnya, MRT akan dibangun hingga Kampung Bandan.
Proyek ini diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar Rp 12,5 triliun. Nantinya jalur MRT akan terdiri dari jalur layang dan bawah tanah. Untuk jalur layang adalah rute yang menghubungkan Lebak Bulus-Sisingamangaraja, sedangkan rute bawah tanah yaitu Sisingamangaraja-Kampung Bandan.
Jalur layang yang menghubungkan Lebak Bulus hingga Sisingamangaraja itulah yang menuai protes dari warga Jakarta Selatan, terutama yang bermukim di Jalan Fatmawati, Panglima Polim, dan Cipete, karena rumah mereka akan dilalui jalur MRT layang.Sumber: kompas.com