Saat kehilangan orang yang dicintai karena meninggal dunia, bukan hanya rasa duka yang timbul, tapi juga terluka yang dalam.
Bagaimana seseorang melewati perasaan berkabung ini dan segera pulih berbeda pada tiap orang. Kemampuan ini disebut juga dengan resiliensi atau penyesuaian diri saat dihadapkan pada tekanan internal atau eksternal.
Tingkat resiliensi yang rendah, sehingga seseorang merasa sedih berkepanjangan, ternyata bisa berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang.
"Kehilangan akan menyebabkan luka. Ini adalah faktor risiko baru dalam lingkungan publik," kata Toni Miles, dari Universitas Georgia.
Para ahli mengatakan rasa berduka yang berkepanjangan akan memicu gangguan kesehatan seperti obesitas, diabetes, kebiasaan merokok, dan dirawat di rumah sakit.
"Jika kita mempelajari tentang perawatan, kita akan menemukan bahwa rasa duka bisa membunuh seseorang," kata Miles.
Meski pengaruh dari rasa sedih tersebut bervariasi pada tiap orang, tergantung dari resiliensi, faktor dukungan sosial adalah faktor yang penting untuk membantu seseorang keluar dari rasa dukanya. Dukungan itu bisa berasal dari pasangan, keluarga, teman, atau profesional bidang kesehatan mental.