Terus tumbuhnya jumlah penumpang pesawat, membuat maskapai mulai berani mengembangkan sayapnya ke rute-rute jarak jauh seperti Sorong hingga Papua. Sebelumnya rute-rute tersebut jarang diminati, pasalnya load factor di rute jarak jauh tersebut sangat kecil.
"Dalam satu-dua tahun terakhir ini, kebutuhan transportasi udara untuk wilayah Indonesia Timur terus meningkat. Jumlah penumpang pun terus tumbuh. Penyebabnya bukan hanya pertumbuhan ekonomi, tapi juga untuk urusan pendidikan dan pemerintahan terus meningkat," kata Senior Manager Corporate Communications Sriwijaya Air, Agus Soedjono.
Menurut Agus, otonomi daerah telah memacu pertumbuhan ekonomi cukup signifikan. Pemerintah daerah berlomba menambah fasilitas dan infrastruktur bagi dunia penerbangan. Pemda sadar bahwa dengan lengkapnya fasilitas Bandara akan berimbas pada percepatan pertumbuhan ekonomi daerah.
"Maka kami melihatnya ada peluang besar di wilayah Indonesia Timur ini, khususnya rute-rute jarak jauh. Saat ini dengan 28 armada pesawat, Sriwijaya Air melayani 33 rute. Yang sebagagian besar masih di fokuskan di kawasan Indonesia bagian barat. Untuk Indonesia bagian timur, kota-kota yang diterbangi oleh kami masih Makasar, Ternate, Ambon, Menado, Kupang dan Palu," ungkapnya.
Dua rute baru dilayani Sriwijaya adalah ke Manokwari dan Sorong yang merupakan bagian dari pengembangan rute ke kawasan timur Indonesia. "Rute penerbangan ke wilayah Papua lainnya sudah mulai digarap, sembari menunggu kedatangan pesawat Boeing 737-800 NG dan Embraer,'' tambah Agus.
Bahkan maskapai ini juga memiliki misi menghubungkan kota-kota di Indonesia melalui jalur penerbangan udara. Bersamaan dengan mulai beroperasinya dua rute baru ke Papua pada 3 Juli 2011, mereka juga menambah rute baru Surabaya – Jogjakarta – Surabaya. Maka pelanggan juga bisa memiliki alternatif pilihan dari Jogjakarta menuju Papua.
Penambahan rute baru ini dilakukan Sriwijaya tanpa menunggu kedatangan armada baru. Melainkan hanya mengoptimalkan utilisasi pesawat yang sudah ada. Targetnya, dengan menggunakan Boeing 373-300 dan Boeing 373-300 load factornya bisa mencapai 85 persen. Dan yakin bakal menguasai pangsa pasar 15 persen. ''Segmen yang disasar mayoritas pegawai pemerintahan yang bertugas ke luar daerah melakukan perjalanan dinas, disusul oleh pebisnis, sekolah dan pariwisata.
District Manager Sriwijaya Air Surabaya, Budi Sasongko, mengatakan, alasan lain Sriwijaya Air dan maskapai lainnya membuka rute jarak jauh karena kebutuhan masyarakat cukup tinggi, baik menuju wilayah Indonesia Timur paling jauh seperti Sorong dan Papua maupun sebaliknya.
"Mengutip data BPS, hingga kuartal I 2011 jumlah penumpang pesawat mengalami peningkatan hingga 26,37% atau mencapai 12,1 juta orang jika dibandingkan periode yang sama pada 2010 sebanyak 9,6 juta orang. Data penumpang tersebut di dapat dari lima bandara utama di Indonesia," kata Budi.
Dari jumlah tersebut, Bandara Hasanuddin Makasar menduduki peringkat ke dua setelah Bandara Soekarno Hatta Cengkareng. Ini menandakan penumpang di wilayah Indonesia Timur terus meningkat. Apalagi banyak warga daerah Manokwari, Sorong dan Papua transit di Bandara tersebut.
(Surabaya Post Online)