Martha's Vineyard adalah sebuah pulau kecil di Selatan Boston, Negara Bagian Massachussets. Tempat tetirah eksklusif ini klan Kennedy punya ranch di sini - sebetulnya dapat dicapai dengan gabungan moda transportasi bus dan ferry. Ongkosnya hanya sekitar US$30. Tetapi, di pulau ini juga ada bandara kecil yang dapat didarati Boeing 737. Maklum, orang kaya malas naik bus.
Dari Boston Logan Airport, saya naik pesawat terjadwal dari Cape Air. Tiketnya seharga US$169. Sangat mahal untuk jarak sependek itu. Dengan uang yang sama, kita bisa pp Jakarta-Denpasar dengan maskapai penerbangan murah.Pesawat-pesawat kecil yang dioperasikan Cape Air ini ketepatan jadwalnya sangat bagus. Untuk tujuan Martha's Vineyard dengan jarak terbang antara 25-30 menit, setiap hari ada 4 penerbangan terjadwal. Di tiket saya tercantum keberangkatan pukul 14.00 dan ketibaan pukul 14.37. Kenyataannya, kami lepas landas pukul 14.10 dan mendarat pukul 14.35.
Pesawat berbaling-baling dua ini berjenis Cessna 402C. Dua kursi penerbang dan delapan penumpang. Karena cukup diterbangkan oleh seorang pilot, di kalangan para penerbang Indonesia pesawat ini dikenal dengan nama "Diisi 9" karena dapat memuat sembilan penumpang. Pilot mengundang saya duduk di kursi penerbang sebelah kanan. "Boleh memotret ke bawah, tetapi jangan memotret saya," katanya ketika melihat saya mengeluarkan kamera.
"Lho, kenapa?" tanya saya heran. "Karena saya terlalu amat sangat ganteng," katanya menyeringai. Candaan itu langsung membuat semua penumpang merasa akrab dan nyaman.
Penerbangnya masih muda, dan menerbangkan pesawatnya dengan trampil. Dengan sudut yang nyaman, kami mendaki cepat ke ketinggian jelajah 3600 kaki. Boston segera melayang di belakang kami. Kecepatan pesawat rata-rata 160 knotts - sekitar dua kali kecepatan mobil-mobil yang melaju nun di bawah sana.
Cuaca cerah, tetapi angin yang kencang membuat penerbangan ini terguncang-guncang cukup keras. Kami terbang lurus ke arah 180 derajat - Selatan.
Setelah melewati Woods Hole, pelabuhan ferry menuju Vineyard Haven, pilot langsung menurunkan sudut hidung pesawatnya, descending ke pulau tujuan. Banyak perahu layar tampak tertambat di pantai Vineyard Haven (nama lain = Tisbury). Pemandangan hutan - yang masih meranggas daunnya karena musim semi belum tiba - terbentang di bawah.
Runway in sight! Wah, padahal pramugari belum sempat memberi kami minuman dan makanan. Eh, memang di penerbangan ini tidak ada cabin service, kok.
Penerbang berkomunikasi di radio dengan menara pengawas, menurunkan flap, dan langsung memasuki base-leg turn. Sebelum puas menikmati joy flight yang pendek itu, roda-roda pesawat sudah menjejak landasan.
(Bondan Winarno /Detik)