Wakil Presiden Boediono menugaskan PT Angkasa Pura II dan instansi terkait segera memperluas kapasitas Bandara Soekarno-Hatta agar bisa menampung 174 pesawat dari saat ini yang hanya 125 pesawat.
"Pengembangan Bandara Soekarno-Hatta sudah harus menjadi prioritas nasional, karena semakin lama kita menunda pekerjaan ini akan semakin sulit," ujar Boediono saat memimpin rapat perluasan Bandara Soekarno Hatta di kantor Wapres, sore ini.
Dalam rapat itu Boediono sudah menugaskan Angkasa Pura II membuat grand design perluasan bandara tersibuk di Indonesia itu. Pada tahap awal, adalah optimalisasi dan revitalisasi landasan dan terminal yang ada untuk periode 2011-2014. Targetnya meningkatkan kapasitas bandara menjadi 62 juta penumpang per tahun pada 2014.
Kapasitas parkir (apron) juga akan ditambah dari saat ini yang menampung 125 pesawat menjadi 174 pesawat. Juga harus ada rekonfigurasi landasan dan jalur taksi agar kapasitas 62 juta penumpang per tahun ini dapat tercapai tanpa membangun harus membangun runway baru.
Dalam waktu dua pekan Kementerian Perhubungan diharuskan sudah memberikan persetujuan teknis untuk desain baru ini. Kementerian BUMN akan memberikan persetujuan kepada Angkasa Pura II untuk melaksanakannya.
Dalam rapat tersebut ditargetkan pengembangan terminal 3 selesai pada 2013. Adapaun terminal 1 akan direvitalisasi mulai pertengahan 2013 hingga 2014. Angkasa Pura juga akan membangun terminal kargo baru yang bisa dimulai pada 2013.
Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat menambahkan perkiraan awal kebutuhan dana untuk semua proyek perluasan dan optimasi bandara itu sekitar Rp11,75 triliun. Pendanaan berasal dari Angkasa Pura II, kerja sama dengan investor, dan pinjaman perbankan nasional. Adapun pengembangan Bandara Soekarno-Hatta tahap II periode 2014-2019 masih menunggu hasil studi Japan International Cooperation Agency. Pengembangan tahap II meliputi pembangunan landasan pacu tiga dan terminal 4.
"Studi proyek ini sedang berlangsung dan akan selesai tahun depan. Namun, yang sudah terlihat, hambatan terbesar pembangunan landasan ketiga dan terminal 4 adalah pengadaan tanah," ujar Yopie.
Pembangunan landasan, apron, dan terminal dalam pengembangan bandara tahap II ini membutuhkan lahan 820 hektare. Di lahan yang belum bebas juga ada 2.000 rumah. Dana pembebasan tanah untuk landasan pacu utara dan terminal 4 ini diperkirakan Rp4,5 triliun dan berasal APBN.
Adapun kebutuhan runway dan apron di terminal 4 diperkirakan mencapai Rp2,5 triliun juga disediakan dari APBN.
Jika masalah pengadaan lahan ini tidak mungkin terpecahkan, Wapres meminta mencari alternatif lokasi lain. Ada usulan pembangunan bandara alternatif di timur Jakarta dengan kapasitas hingga 100 juta penumpang per tahun. Lokasi baru ini juga akan memberikan keuntungan mengurangi beban akses ke Bandara Soekarno-Hatta. Bandara baru di timur Jakarta ini harus sudah tersedia pada 2019, sebab kapasitas 62 juta penumpang per tahun yang sudah tersedia setelah optimasi tadi akan terlewati.
Dalam jangka pendek rapat juga mengusulkan pemanfaatan kembali Bandara Halim Perdana Kusuma yang juga akan dikelola oleh PT Angkasa Pura II untuk penerbangan komersial. Akan ada beberapa operator yang bisa pindah ke sana sehingga Halim Perdana Kusuma bisa menampung penerbangan domestik.
(Bisnis Indonesia)