Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Budi santosa menyatakan jika sebelum PT Merpati Airlines memutuskan untuk membeli pesawat MA-60 buatan Xian Aircraft produsen China, PT Merpati Airlines sempat berkonsultasi dengan PTDI.
"Yang menjadi pertimbangan, waktu Merpati ingin beli MA-60 mereka tanyakan ke saya. Apakah bisa memberikan refinancing yang sama. Kita enggak mungkin memberikan yang sama untuk China dari MA-60. Faktor utamanya adalah keuangan," ungkapnya saat ditemui dalam acara Seminar kebangkitan Dirgantara Indonesia, di Jakarta, Rabu (25/5/2011).
Dijelaskannya, dia sempat menawarkan kepada Merpati untuk membeli pesawat dari PTDI yaitu CN235, di mana nantinya akan dibuang bagian militer dari pesawat tersebut. Namun, pihak Merpati menolak dengan alasan akan membutuhkan waktu lama.
"Jadi kita juga katakan Anda beli dari saya, kalau perlu yang spesial kita modifikasi untuk Merpati supaya CN235 kita buang semua militernya dan kita butuh dua sampai empat tahun. Mereka menjawab, kita keburu mati, waktu juga yang menentukan," terangnya.
Sementara itu, dirinya menjelaskan perbedaan antara pesawat MA-60 dengan CN235, yang menurutnya CN235 lebih difungsikan untuk pesawat militer. "CN235 didisain untuk militer tujuan pesawat ini bisa mendarat di lapangan yang pendek. memang ada sedikit kelemahan karena dia disain untuk milter," jelasnya.
Adapun harga dari pesawat CN235 tersebut menurutnya berbeda jauh dengan MA-60, namun tentunya jika pesawat tersebut sudah rombak tanpa embel-embel militer didalamnya, harganya bisa sedkit berubah.
"Saat ini CN235 lebih mahal. Karena didisain untuk militer. USD19 juta-USD20 juta. Tapi kalau mau di downgreat militer dibuang menjadi USD15 juta-USD16 juta, tapi kita butuh waktu. pesawat ini (CN235) hargnya berubah terus," pungkasnya.
(Okezone)