Ilustrasi (Ist)
JAKARTA - China nampaknya sudah sangat percaya diri dengan industi pesawat terbangnya. Salah satu produknya yang adalah pesawat tipe MA-60 yang dioperasikan maskapai Merpati Airlines.
Buktinya, China tak mendaftarkan pesawatnya ini untuk mendapatkan sertifikat dari Federal Aviation Administration (FAA) Amerika, ataupun European Aviation Safety Agency (EASA) Eropa, yang biasanya jadi patokan dunia untuk melabel ketangguhan pesawat.
MA-60 disertifikasi langsung oleh China sendiri. "Dari awal produksinya, China memang tidak berniat mengajukan validasi sertifikat tipe MA-60 ke FAA atau EASA," ujar staff ahli Bidang Regulasi dan Keselamatan Perhubungan Kementerian Perhubungan, Budhi M Suyitno saat ditemui di ruangannya, Jakarta, Kamis (12/5/2011).
Menurut Budhi, pengalaman China yang sudah lebih dari 10 tahun tanpa ada kecelakaan udara, adalah bukti bahwa mereka sudah tidak butuh FAA dan EASA lagi. palagi, industri roket China yang menjadi satelit hampir tidak pernah ada gangguan. "China ingin menjadi industri penerbangan kelas dunia," katanya.
Dengan fakta-fakta itu Budhi menilai sah-sah saja jika China bercita-cita menjadi kekuatan ketiga dalam industri pesawat terbang, setelah Amerika dan Eropa.
Terlebih, pasaran pesawat buatan Cina ini memang tidak banyak menyasar negara-negara di kawasan Amerika dan Eropa, melainkan Afrika dan Asia. Selain Indonesia, sejumlah negara di kawasan Asia seperti Myanmar atau Kamboja, juga sudah menggunakan pesawat ini.
"Karena pemasaran mereka ditujukan ke negara-negara berkembang di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Mereka ingin menjadi kekuatan ketiga, dan itu sah-sah saja," katanya.
Dwi Afrilianti - Okezone