Dua kotak hitam (black box) pesawat milik PT Merpati Nusantara Airlines sudah bisa dibuka dan dibaca. Kedua kotak itu berisi rekaman pembicaraan di kokpit (cockpit voice recorder/CVR) dan rekaman data penerbangan (flight data recorder/FDR). Pesawat buatan Xian Aircraft Industry Co Ltd., Cina, ini mengalami jatuh di perairan Kaimana, Papua Barat, 7 Mei. Semua penumpang dan kru pesawat tewas.
Percakapan dalam CVR, kata Tatang, berlangsung selama dua jam. KNKT hanya akan mengambil isi pembicaraan pada menit-menit terpenting sesaat sebelum pesawat jatuh. "Kami hanya perlu setengah jam terakhir. Sebelum itu tidak ada masalah." Dia hanya menegaskan, dalam penerbangan itu, "tidak ada kepanikan."
Selain isi pembicaraan pilot dan kopilot, CVR juga merekam percakapan terakhir pihak bandar udara dengan pilot yang bertugas. Tapi, Tatang menolak membeberkan isi pembicaraan tersebut. Alasannya, "Pasal 359 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Kami dilarang bicara soal itu."
Satu kotak hitam lainnya yang berisi rekaman data penerbangan, kata Tatang, masih dalam proses analisis. FDR didesain menggunakan bahasa Cina. Saat ini kotak hitam tersebut sudah dikirim ke pabrikan pesawat untuk dibuka dan ditransfer ke bahasa Indonesia. Setelah rampung, Cina langsung mengirimkan ke Indonesia dalam bentuk surat elektronik. "Email sudah kami terima, sementara alat dan orang KNKT masih berada di sana."
Saat ini, tim di lapangan terus berusaha untuk mengangkat rongsokan pesawat (wreckage) MA-60 itu. Begitu pesawat telah diangkat, tim pun akan memilah wreckage yang diperlukan untuk dibawa dan diteliti di laboratorium metalurgi dua universitas, Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung.
Penelitian laboratorium diperlukan untuk meneliti apakah terdapat fatigue failure atau instant failure di dalam pesawat tersebut. "CVR dan FDR tidak berbicara itu. Yang berbicara adalah laboratorium," kata Tatang.
Pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, mengatakan, tidak adanya kepanikan menunjukkan pesawat berjalan normal dan tidak ada sesuatu mengancam pesawat. "Berarti tidak mengarah ke technical problem."
Kemungkinan, kata dia, pesawat sebelum jatuh mengalami kehilangan gaya angkat atau bank stall. Hal ini didasarkan analisisnya dari orang yang melihat pesawat dalam kondisi miring. "Namun, analisis saya bisa jadi salah. Harus dibuktikan dari CVR dan FDR yang sudah ada di KNKT," ujarnya.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bhakti Singoyuda menyatakan, pihaknya tidak akan mengeluarkan pernyataan terkait penyebab jatuhnya pesawat. Pemerintah tetap melakukan aksi-aksi yang berdasarkan rekomendasi dari KNKT.
Menteri Perhubungan Freddy Numberi memastikan, hasil penyelidikan kecelakaan pesawat Merpati butuh waktu sekitar tiga bulan. "Sekarang belum tuntas dianalisis," ujarnya. Sebab, untuk menyusun laporan kedua kotak hitam tersebut masih ada bagian yang mesti diambil untuk segera diteliti.
(Tempointeraktif)