Di bawah udara sejuk Xian, China, ratusan hektar bangunan pabrik Xi'an Aircraft International Coorporation (XIAC) terhampar. Lokasi seluas kurang lebih 4 juta meter persegi ini mempekerjakan kurang lebih 21 ribu karyawan untuk memproduksi pesawat tempur hingga pesawat komersial. MA 60 milik Merpati salah satu yang diproduksi pabrik yang dibangun pada 1957 ini.
"Kami juga membuat flat untuk karyawan di areal ini," kata Asistent Prescident CIAX, Zhan Xiao Hong kepada wartawan di lokasi pabrik, Senin, (30/5/2011).
Lokasi memasuki pabrik ditandai dengan gerbang utama dengan tingkat keamanan pertama. Sebuah patung pesawat terbang berdiri megah di tengah taman. Layaknya pangkalan militer, mengambil foto dan video dilarang keras. Hanya lokasi tertentu yang diperbolehkan.
"Di sini, anggota Partai Komunis di jajaran pimpinan. Komunis jadi idiologi di pabrik kami," terangnya sambil menunjukan papan berlogo palu arit dan foto anggota partai.
Tempat yang pertama dikunjungi adalah ruang audio visual. Kurang lebih 15 menit wartawan yang diundang Merpati disuguhi film company profile XIAC. Usai melihat film, wartawan memasuki ruang pameran. "No picture, no video," tambah Zhan mengingatkan larangan serius ini.
Di ruang inilah terpampang puluhan foto dan miniatur pesawat yang dibuat pabrik tersebut. Dengan bangganya mereka memperkenalkan pesawat tempur pengebom mereka, Fighter Bomber China (FBC 1) yang di produksi pabrik itu. "Pesawat tempur ini ikut dalam parade kemerdekaan China ke 60, tahun kemarin," kisah Zhan.
Usai ke ruang pamer, 17 wartawan dari berbagai media diantar ke salah satu dari puluhan gedung produksi seluas yang seluas 10 kali lapangan bola. Di sinilah diproduksi berbagai rangka pesawat terbang yang sebagian besar dibuat dari alumunium. "Ini alumunium khusus kami yang dipatenkan. Bagaimana teknis membuatnya itu rahasia," ujar Zhan.
Puluhan lempengan plat alumunium ini dicetak menggunakan mesin-mesin ukuran besar. Alhasil, sisa alumunium yang tidak sempat tercetak berubah menjadi serat tipis hingga bertruk-truk. Di gedung ini pula, dicetak berbagai rahasia pesawat seperti rangka body, rangka baling-baling hingga sayap untuk seluruh pesawat produksi.
Tidak sampai 20 menit, 17 wartawan dibawa ke gedung produksi untuk pesanan Boing 737 dan 787. Perusahaan asal Amerika Serikat ini membeli sayap belakang untuk seri 737 dan torque box untuk seri 787. Pemesanan ini telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Di sini pula, dibuat papan untuk dalam body pesawat. "Nah inilah yang kemarin disebut kayu. Padahal ini papan sejenis fiber yang canggih tapi bobot sangat ringan," ungkap Dirut Merpati, Jhonny Tjitrokusumo.
Tempat yang terakhir dikunjungi adalah ruang pelatihan pilot. Sebuah gedung ekstra besar berisi kapsul raksasa warna putih, Blusky. Di kapsul inilah pilot diajari simulasi dengan kondisi 99% layaknya kabin pesawat sebenarnya. Dalam box di bikin kabin pesawat, layar monitor, kaca selayaknya view di dunia nyata dan suara serta guncangan tiruan yang menyerupai sebenarnya.
Harga yang dibandrol US$ 13,3 juta tiap 1 kapsul simulasi atau setara dengan harga sebuah pesawat. Tidak berapa lama, Merpati memboyong alat super canggih ini ke Indonesia guna meningkatkan kualitas pilot Merpati.
"Sekarang, apakah MA 60 layak atau tidak untuk dipakai?" tanya Jhonny kepada wartawan.
(Detiknews)