Ancaman perusahaan penyewaan pesawat (lessor) asal Perancis, Jetlease SARL, untuk menggugat perusahaan maskapai penerbangan PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) ditanggapi dingin Direktur Utama Merpati Sardjono Jhony Tjitrokusumo.
Menurut Jhony, pihaknya justru akan memolisikan Jetlease sebagai lessor yang melakukan wanprestasi atau prestasi buruk terkait pemenuhan atas kontrak sewa 2 unit pesawat Boeing 737-300, sejak Juni 2007.
"Saya ketawa saja melihat manuver pihak lessor, yang katanya mau menggugat Merpati karena gagal menyelesaikan kewajiban bayar sewa. Padahal, faktanya terbalik. Justru mereka (Jetlease) berupaya keras mau menipu Merpati, tetapi gagal terus. Jadi, kalau begini, maka kami akan mengambil tindakan memolisikan Jetlease," tutur Jhonny dalam siaran persnya, Minggu.
Awalnya, jangka waktu kontrak sewa pesawat antara Jetlease dan Merpati akan berlangsung selama 78 bulan atau 6,5 tahun, dan berakhir Juni 2014. Adapun harga sewa satu pesawat per bulan disepakati senilai 145.000 dollar Amerika Serikat, atau sekitar
Rp 1,4 miliar.
Dalam agreement, kedua belah pihak menyepakati LC sebesar 1 juta dollar AS dan cash 435.000 dollar AS, sebagai dana security deposit pesawat. Adapun pesawat dijaminkan pihak lessor ke bank. Namun, sejak Desember 2010, salah satu pesawat tidak bisa beroperasi karena ketiadaan komponen dua engine-nya. Sementara satu lainnya beroperasi, dengan menggunakan engine sewa.
Terhitung hingga November 2010, total outstanding atau kewajiban yang harus dibayarkan Merpati kepada pihak Jetlease sebesar 1,7 juta dollar AS. Adapun deposit yang terkumpul untuk dua pesawat sebesar 2.870.000 dollar AS, ditambah maintenance reserve (MR) 4.230.000 dollar AS.
"Jadi ada sekitar 7,1 juta US dollar yang terkumpul untuk security deposit dan maintenance reserve. Dan pihak Jetlease terus memaksa Merpati mencairkan 1,7 juta US dollar. Namun, faktanya, hingga detik ini pihak Jetlease tidak pernah menyerahkan satu pun engine pengganti dari tiga engine yang dijanjikan, yang menjadi keharusan dari pihak Jetlease," papar Jhony.
Tidak ada alasan esensial dari Jetlease, mengapa tidak menyerahkan satu pun dari tiga engine pengganti (engine exchange) yang sudah disepakati. Bahkan Jetlease sendiri tidak memberikan tanggapan atas beberapa poin, yang disepakati melalui pertemuan antara Merpati dan Jetlease, pada 11 November 2011, termasuk kesepakatan melalui renegosiasi perpanjangan kontrak hingga dua tahun, dengan konsekuensi penurunan harga sewa dari 145.000 dollar AS menjadi 80.000 dollar AS per bulan.
Walaupun tidak sepenuhnya konsisten, pihak Merpati pada prinsipnya sudah menunjukkan niat baik (good faith), menyangkut urusan pembayaran sewa. Namun, mengingat pesawat Jetlease sudah cukup lama tidak beroperasi (grounded) sebagai konsekuensi tidak dipenuhinya kewajiban, Merpati mengambil sikap tegas. "Termasuk menolak intervensi pihak lain yang dicoba dimanfaatkan Jetlease, karena Merpati tidak mau tertipu atau dicurangi," ucap Jhony.
(Kompas)
SUPPORT BY
IFA DAHSYAT, SENI BERBELANJA DI RUMAH
CARA SMART BELI MOBIL IDAMAN
KELOLA BISNIS TIKET DARI RUMAH ANDA