Jakarta Sekolah kedinasan masih tetap diminati oleh siswa lulusan SMA. Meski tak ada ikatan dinas-apalagi ada kebijakan moratorium Pegawai Negeri Sipil (PNS) sampai tahun ini- sekolah kedinasan tetap diantre. Biaya pendidikan yang murah dan fasilitas yang memadai menjadi alasannya.
"Sebenarnya tidak kedinasan, kita didik ini anak-anak kita ini. Pembentukan dari bahan mentah tamatan SMA, menjadi penerbang, pelaut, tapi tidak pegawai. Setelah selesai, dia kerja sendiri," kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Bobby R Mamahit, saat berbincang dengan detikcom, Jumat (13/4/2012).
Kemenhub memiliki 19 sekolah, 2 di antaranya untuk aparatur Kemenhub dan sisanya untuk lulusan SMA. Hingga saat ini, imbuh Bobby, BPSDM Kemenhub sedang membuka pendaftaran.
"Rencana penerimaan, 4 ribuan dari 17 sekolah," imbuhnya.
Kendati tidak ada ketentuan ikatan dinas, namun Bobby mengatakan, bila ada siswa yang pandai, biasanya industri transportasi langsung mau mensponsori biaya sekolah siswa itu plus ditampung kerja usai kuliah.
"Ada yang direkrut oleh perusahaan, istilahnya diijon. Biasanya penerbang, all in, dibiayai sekolahnya, dapat uang saku," jelas Bobby.
Dia mengakui sekolah penerbang yang menelurkan profesi pilot banyak diminati di antara sekolah transportasi lainnya. Kapasitasnya banyak dan biayanya relatif terjangkau, sehingga tak heran peminatnya membeludak.
"Seleksi penerbang ketat banget. Walaupun sekolah penerbangan swasta ada 8 sekolah, kapasitasnya paling 20-30 orang, kita bisa 120 orang. Kita memiliki kemampuan, alat-alat, simulator, laboratorium, semua lengkap," jelasnya.
Untuk biayanya, Bobby belum bisa merinci. Namun patokan biaya sekolah yang paling mahal memang sekolah penerbangan. Yaitu Rp 45 juta untuk 2 tahun masa pendidikan sampai tamat.
"Kalau di luar (swasta), biaya pendidikan itu bisa sampai USD 50 ribu. Itu biaya yang paling top. Kalau yang lain paling bisa di bawahnya," jelas dia.
Sementara humas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparek) Yanto mengatakan sudah tak ada lagi ikatan dinas untuk sekolah tinggi atau akademi yang dibawahi Kemenparek.
"Memang ada ikatan dinas, dulu. Sekarang, begitu muridnya banyak, formasi kementerian terbatas. Terima paling 10 orang per tahun. Mereka lebih suka juga terjun ke industri pariwisata," jelas Yanto ketika dihubungi detikcom, Jumat (13/4/2012).
Namun, kelebihan sekolah di bawah Kemenparek adalah fasilitas yang lengkap dengan biaya yang murah.
"Biaya poendidikan lebih rendah, fasilitasnya lengkap. Untuk prakteknya ada hotelnya. Hotel kecil, itu bagian dari fasilitas pemerintah," jelas dia.
(detiknews)
MENU UTAMA
Total Tayangan Halaman
Entri Populer
-
Pesawat tempur milik TNI AU jenis Hawk 200 dengan nomor pesawat TT 0214 mengalami insiden tergelincir dari landasan pacu Bandara Sultan ...
-
Maspakai penerbangan Tanah Air, PT Garuda Indonesia, menempati posisi 50 besar maskapai terbesar di dunia dalam pemerin...
-
PT Garuda Indonesia Tbk menyeleksi tiga perusahaan broker yang akan menawarkan lima pesawat maskapai tersebut yang akan dilego ta...
-
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk siap merogok kocek hingga US$32 juta untuk pengadaan simulator pesawat tipe Boeing 737-800 NG dan Ai...
-
Komandan Lanud Pekanbaru Kolonel Penerbang Bowo Budiarto menegaskan bahwa insiden tergelincirnya pesawat disebabkan ka...
-
Pesawat asing yang terdeteksi radar memasuki wilayah udara NKRI berhasil dipaksa mendarat di Bandara Sepinggan, Kamis (9/6/2011). Pesawa...
-
Banyak konsep pesawat masa depan ditampilkan di Paris Air Show, Perancis, yang berlangsung pada minggu lalu. Salah satu yang sangat in...
-
Garuda Indonesia berencana membuka kembali rute Medan-Singapura-Medan tahun ini, setelah terus tertunda sejak jalur penerbangan ke negara ...
-
Asosiasi Pilot Garuda Indonesia mengancam mogok. Ancaman ini dilontarkan karena maskapai tempat mereka bekerja dinilai sudah menyimpang ...




