Banyak orang tua merasa senang memiliki balita bertubuh gemuk. Mereka beranggapan, anak yang gemuk berarti sehat. Para orang tua pun membiarkan sang buah hatinya, karena beranggapan anaknya akan berubah menjadi kurus saat dewasa.
Padahal anggapan ini sangat keliru. Banyak penelitian menunjukkan, balita yang mengalami kegemukan atau obesitas memiliki 2/3 atau lebih dari 66 persen kecenderungannya untuk tetap terkena obesitas meski sudah beranjak dewasa. Kegemukan dan obesitas erat kaitannya dengan kelebihan gizi.
Menurut Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof. Hardinsyah, para orang tua patut mewaspadai masalah kegemukan dan obesitas pada usia dini, karena hal ini akan menimbulkan efek buruk bagi anak untuk jangka panjang .
Di Indonesia, permasalahan kelebihan gizi makin meningkat dalam kurun waktu beberapa waktu terakhir. Survei nasional gizi mikro menunjukkan, masalah anak balita kelebihan gizi sejak tahun 2007 hingga 2010 meningkat dari 12,3 persen menjadi 14 persen. Hal ini berkebalikan dengan angka balita yang kekurangan gizi menurun dari 18 persen ke 17 persen.
"Masalah ini harus segera diatasi karena kelebihan gizi, terutama pada anak usia dini dapat mengakibatkan penyakit-penyakit yang tidak menular seperti penyumbatan pembuluh darah di otak yang memicu stroke, penyumbatan pembuluh darah di jantung dan diabetes," ujar Hardinsyah dalam diskusi di Jakarta, Selasa (12/2/2013).
Ia menambahkan, jika tidak segera ditangani, biaya penanggulangan akibat obesitas bakal meningkat. "Dampak buruk bila dibiarkan banyak sekali. Pada janin dan anak yang berusia kurang dari 2 tahun antara lain ukuran dan komposisi tubuh, termasuk otak dan organ internal tidak seimbang, gangguan fisiologi dan metabolik. Serta dampak buruk anak dan dewasa antara lain kemampuan kognitif buruk, obesitas, rentan infeksi, dan penyakit degeneratif," paparnya.
Untuk itu menurut Hardinsyah, diperlukan edukasi dini bagi orangtua agar dapat memberikan gizi seimbang pada anak bahkan sejak dalam tahap mempersiapkan kehamilan. "Seribu hari pertama adalah masa keemasan bagi anak. Dimulai dari masih dalam kandungan hingga berusia 2 tahun," ujarnya.
Gizi seimbang merupakan asupan gizi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi dan dapat mencegah gizi kurang dan gizi berlebih. Maka penting bagi orang tua untuk mengerti bagaimana memberikan gizi seimbang untuk anak, bukan hanya sekedar terus menerus memberikan gizi tanpa mengetahui anaknya sudah kelebihan gizi.
Sumber: kompas.com
MENU UTAMA
Total Tayangan Halaman
Entri Populer
-
Banyak suami yang mungkin tidak tahu kalau rejekinya dengan izin Allah mengalir lancar atas peran istri. Memang tidak dapat dilihat secara...
-
Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyiapkan pecahan uang kecil untuk kebutuhan Lebaran tahun ini mencapai Rp 200 triliun. Persediaan tersebut ...
-
Senang memang jika komputer baru saja di install ulang, karena kinerjanya jadi lebih cepat dari sebelumnya. Tapi satu hal yang paling dibe...
-
Proyek kereta api (KA) bandara ruas Manggarai hingga Soekarno-Hatta (Jakarta) sepanjang 19 kilometer yang tertunda cukup lama akhirnya dis...
-
Jadwal penerbangan di Bandara Internasional John F. Kennedy, New York, sempat terganggu. Penyebabnya, lebih dari 150 kura-kura yang se...
-
Dunia pelaut selalu identik menjadi milik kaum lelaki. Memang wajar, mengingat kerasnya hidup di atas kapal laut selama berbulan-bulan, d...
-
Spanyol menjadi jawara Grup C dengan perolehan tujuh poin. Jesus Navas mencetak gol ke gawan...
-
Fabian Januarius Kuwado Warga Tanah Merah, Koja, Jakarta Utara menggunakan hak pilihnya, ...
-
1. Gajah Afrika ( African Elephant ) Average Mass (lb): 18,500 (8500 kg) Maximum Mass (lb): 27,000 (13000 kg) Average Length (ft): 21.85 ...