JAKARTA. Perusahaan penerbangan perintis, PT Asi Pudjiastuti alias Susi Air, berencana untuk menambah belasan jalur penerbangan baru di Jawa, Kalimantan dan Indonesia Timur.
Diantara jalur penerbangan yang akan dibuka itu adalah, Cilacap-Yogyakarta, Cilacap-Semarang, Jakarta-Cilacap dan beberapa rute lain yang melintasi Jayapura.
Selain itu juga akan ada rute penerbangan yang Samarinda, Kalimantan Timur dan Ketapang, Kalimantan Barat. Ekspansi Susi Air ini dilakukan setelah perusahaan menang tender rute penerbangan bersubsidi di dua lokasi satuan kerja (satker) penerbangan Samarinda dan Ketapang.
Susi Pudjiastuti, chief executive officer Susi Air mengungkapkan, penambahan rute dilakukan untuk menjangkau pelanggan yang ingin bepergian ke daerah terpencil yang selama ini masih sulit dijangkau akses penerbangan..
"Kami belum bisa sampaikan kapan mulai beroperasi jalur baru ini," Susi saat dihubungi KONTAN hari ini (30/1). Selain itu, Susi juga enggan menyebutkan pendapatan bisnisnya tahun lalu maupun target tahun depan.
Selain berbisnis, Susi mengklaim pembukaan jalur penerbangan baru itu untuk pengabdiannya kepada daerah. "Jujur saja, untuk rute penerbangan Jawa saya hanya lakukan karena dedikasi, bukan mencari untung," tegasnya.
Meskipun Susi mengaku berat menjalankan bisnis penerbangan perintis, namun di yakin industri penerbangan di Indonesia akan tumbuh.
Tambah Armada
Agar bisa membuka rute baru, Susi Air berniat menambah 15 pesawat jenis Cessna Grand Caravan tahun ini. Selain itu ia berencana untuk membeli helikopter. Soal investasi penambahan armada ini, Susi memperkirakan menelan investasi US$100 juta yang akan diperoleh dari pinjaman perbankan.
Sampai tiga tahun depan, Susi berniat membeli 33 pesawat dengan hitungan nilai investasi sebesar US$ 300 juta. Selain mengandalkan pinjaman perbankan, Susi juga membuka peluang bagi private investor untuk melakukan pembelian tersebut.
Dia pun menegaskan, lebih membeli pesawat baru dengan pinjaman perbankan atau private investor, ketimbang menyewa pesawat untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya. "Kalau kami sewa, maka hitungannya rugi. Karena dan biaya leasing, jauh lebih besar dibanding beli pesawat baru," tegas Susi.