Sebagian besar penderita kanker usus besar berobat ke dokter dalam kondisi parah. Padahal, kanker usus besar bisa dicegah sejak dini dengan melihat gejala umum sehingga penanganannya bisa segera dilakukan.
Demikian disampaikan pakar onkologi hematologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Aru W Sudoyo, dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Ign Riwanto di sela-sela Semarang Hematology-Medical Oncology Update 2012, Sabtu (24/3/2012), di Semarang, Jawa Tengah.
Menurut Aru, gejala kanker usus besar bisa dilihat dari perubahan pola buang air besar (BAB), BAB berdarah, berat badan turun tanpa penyebab jelas, nyeri, dan anemia.
Pada saat seseorang mengalami BAB berdarah, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter umum dan meminta dokter melakukan colok dubur. "Membedakan wasir dengan kanker mudah. Wasir lunak, sedangkan kanker keras," kata Riwanto.
Selama ini, banyak kasus penyakit kanker usus besar terlambat dideteksi karena saat pemeriksaan awal tak dilakukan colok dubur. Padahal, itu bisa mendeteksi sejak dini.
Mendeteksi kanker usus besar, lanjut Aru, selain pemeriksaan rektal dengan jari, ada cara lain. Di antaranya, pemeriksaan darah dalam tinja, endoskopi/kolonoskopi, pemeriksaan rontgen, CT Scan, dan pemeriksaan DNA tinja (dalam penelitian).
Faktor risiko
Menurut Aru, ada beberapa faktor risiko kanker usus besar, yakni kurang mengonsumsi makanan berserat dan berlemak tinggi, tambah usia, polip pada usus, riwayat kanker usus, serta ditemukan kanker ovarium (indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara di keluarga.
Faktor lain, mengidap kolitis (radang usus) ulseratif yang tak diobati, kebiasaan makan daging (merah), kurang mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan ikan, kurang beraktivitas fisik, berat badan berlebih, serta merokok.
Penanganan kanker usus besar, menurut Riwanto, bergantung pada stadium. Jika stadium awal, kanker usus besar bisa diangkat. Semakin dini kanker usus terdeteksi, peluang sembuhnya besar.
Menurut Aru, pembedahan kunci kesembuhan didukung kemoterapi dan radioterapi. "Dengan syarat-syarat tertentu, kanker usus besar dapat sembuh."
Kriswandono (53), warga Semarang, menuturkan, setelah kemoterapi enam kali menyusul kanker usus besar yang dialaminya, ia menjalani kehidupan seperti biasa. Namun, ia berhati-hati dalam mengonsumsi makanan.