Lelaki itu adalah pemuja kesempurnaan. Namanya Steve Jobs. Orang mengenalnya lewat karya-karya yang mencengangkan, seperti iPod, iPhone, dan iPad. Sulit untuk menyandingkan namanya dengan tokoh-tokoh seperti Albert Einstein, Isaac Newton, atau Thomas Alva Edison. Tentu saja Jobs bukan Einstein, atau Newton. Tapi gairahnya pada kesempurnaan karyanya nyaris sama.
Sudah berjilid-jilid buku dan ribuan artikel yang menceritakan tentang passion Jobs dalam bekerja. Tapi tetap saja obsesinya tentang kesempurnaan sebuah karya selalu mendatangkan decak kagum. Saat Apple meluncurkan kembali iPad 3 pekan ini, nama Jobs kembali dikenang. Ya, Mr. Perfectionist–yang meninggal pada Oktober tahun lalu–itu telah melahirkan banyak karya nyaris sempurna.
Ada sebuah cerita kecil tentang mimpi kesempurnaan Jobs. Mari masuk ke mesin waktu, terbang ke tahun 2007. Saat itu peluncuran iPhone tinggal sebulan lagi. Jobs sudah memegang purwarupa iPhone. Berminggu-minggu dia selalu membawa ponsel itu. Tiba-tiba dia melihat keanehan di iPhone-nya. Dia pun segera memanggil "letnan-letnannya" ke kantornya.
Jobs mulai memarahi anak buahnya. Dia mengacungkan iPhone-nya. "Lihat ini!" Jobs berseru. Di tangannya ada sebuah iPhone dengan goresan kecil di layarnya. Dia juga mengeluarkan kunci dari kantong celananya. Dengan nada tinggi dia berkata lagi, orang akan selalu mengantongi ponselnya di saku. Orang juga akan membawa kunci di sakunya. "Saya tak ingin menjual ponsel yang bisa tergores," ujarnya. "Saya ingin layarnya diganti dengan layar kaca yang sempurna dalam enam minggu."
Setelah pertemuan itu, Jobs segera terbang ke Shenzen, Cina. Jika Mr. Perfectionist sudah memimpikan kesempurnaan, tak ada lagi tempat lain untuk pergi selain itu.
Bagi banyak produsen ponsel, memakai layar kaca adalah pekerjaan langit. Sangat sulit dilakukan. Selama bertahun-tahun banyak produsen ponsel tak mau memakai layar kaca. Soalnya, butuh ketepatan yang luar biasa saat pemotongan dan penghalusan kaca. Tapi Jobs memilih itu. Mereka telah menunjuk perusahaan Amerika, Corning Inc., untuk melakukan hal tersebut. Perusahaan itu menyerah, tak sanggup jika harus memotong jutaan kaca layar iPhone. Terlalu mahal untuk dikerjakan.
Di Cina, semua mimpi Jobs itu bisa diwujudkan. Saat petinggi Apple datang, para direktur Foxconn–pabrik yang merakit iPhone–langsung menyambutnya, "Kami sudah menyediakan sayap baru dari pabrik untuk membuatnya." Di sini mereka bisa memotong kaca dengan sempurna, juga murah. Dalam tiga bulan, Foxconn sudah membuat sejuta ponsel. Kini perusahaan itu juga telah membuat 200 juta iPhone.
Berapa banyak orang-orang Indonesia yang memimpikan kesempurnaan seperti Jobs? Kita patut senang, banyak orang kreatif di Indonesia yang mulai unjuk diri. Banyak perusahaan <I>startup<I> bermunculan seperti jamur di musim hujan. Produsen ponsel, laptop, komputer–meski masih menjahit dari komponen Cina–juga mulai hadir. Tapi, berapa banyak dari mereka yang mengejar produk yang keren dan nyaris sempurna?
Mereka sebagian cuma pedagang, sebagian lagi mencoba menyuntikkan teknologi. Untuk menyambut demam iPad, misalnya, banyak yang menjual tablet-tablet Android. Sebagian mereka bermerek lokal. Bahkan ada yang "kelewat" kreatif. Untuk melawan iPad, di Mal Ambasador Jakarta dijual tablet yang bisa menonton siaran televisi analog. Siaran ini tak butuh koneksi Internet. Tinggal tarik antena, lalu muncullah siaran TV layaknya televisi biasa.
Itu bukan usaha yang keren, tapi kreativitas mereka menumbuhkan harapan. Siapa tahu, kelak lahir Mister Sempurna dari Indonesia, yang bisa menandingi iPad 3 atau iPad 4.
Sumber : tempo.co