Ambisi perusahaan penerbangan berbiaya rendah atau low cost carier (LCC), Air Asia, untuk menguasai pasar regional perlahan mulai diwujudkan. Untuk pasar Indonesia, Air Asia setidaknya sudah sedikit berada di atas angin.
Cengkeraman maskapai penerbangan asal Malaysia ini semakin kuat usai perusahaan induk, Air Asia Bhd mengakuisisi 100 persen saham PT Metro Batavia sebagai operator Batavia Air. Tak tangung-tangung, anggaran sebesar US$80 juta atau Rp758 miliar (kurs Rp9475 per dolar AS) disiapkan untuk memuluskan rencananya itu.
Aksi ini tak dijalankan sendiri. Air Asia menggandeng PT Fersindo Nusaperkasa yang merupakan pemegang saham mayoritas PT Indonesia Air Asia.
"US$80 juta akan kami bayar tunai yang dananya diambil dari internal perusahaan," kata Chief Executive Officer AirAsia, Tony Fernandes, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis 25 Juli 2012.
Merujuk pada peraturan penerbangan sipil di Indonesia, Air Asia Berhad hanya akan memiliki saham Batavia Air sebesar 49 persen. Sementara mitranya, Fersindo mengantongi 51 persen dan menjadi pemegang saham mayoritas.
Dalam akuisinya ini, Air Asia dan Fersindo akan mengambil alih saham melalui dua tahapan. Pertama, pembeli akan mengakuisi saham mayoritas sebesar 76,95 persen pada tahun 2012. Kedua, pada 2013, sisa saham sebesar 23,05 persen akan diambil alih.
Tony mengakui kelemahan AirAsia di Indonesia adalah lemahnya penetrasi domestik. Untuk itu Air Asia akan menggunakan Batavia Air yang sahamnya telah diakusisi oleh perusahaan. "Akusisi Batavia Air karena cocok dengan strategi kami, Air Asia itu kuat di internasional namun lemah dalam penerbangan domestik," katanya.
Posisi Batavia Air saat ini dianggap telah kuat dalam jaringan penerbangan dan agen perjalanan di Indonesia. Hal ini tentu menguntungkan AirAsia yang lemah dalam penerbangan domestik dan dapat menangkap peluang pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia yang mencapai 15 persen per tahun.
AirAsia, lanjut Tony, mengakusisi seluruh aset Batavia Air, termasuk Aero Flyer Institute, pusat pelatihan aviasi yang mencetak pilot-pilot. Dengan mengakusisi Batavia Air maka dapat mempercepat rencana ekspansi di Indonesia.
Setelah akusisi ini, jumlah saluran distribusi AirAsia Indonesia akan meningkat 10 kali lipat menjadi lebih dari 5.000 agen perjalanan resmi dan lebih dari 70 kantor penjualan.
"Akusisi Batavia Air ini merupakan kesempatan fantastis bagi Air Asia untuk mempercepat rencana ekspansi maskapai di Indonesia, salah satu pasar penerbangan menarik di Asia. Hal ini juga menegaskan optimisme AirAsia terhadap potensi pertumbuhan sektor penerbangan di Indonesia," katanya.
Presiden Direktur Fersindo Nusaperkasa, Dharmadi, menjelaskan dengan diakusisinya Batavia Air maka jumlah pesawat yang dimiliki oleh AirAsia menjadi berlipat. AirAsia Indonesia memiliki 21 pesawat saat ini sedangkan Batavia Air mempunyai 33 pesawat.
Akusisi Batavia Air ini akan semakin memperluas jaringan rute AirAsia di pasar domestik sebagai feeder hub maskapai di Jakarta, Bandung, Denpasar, Medan dan Surabaya
Maskapai penerbangan sekelas AirAsia memang tak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai bukti. AirAsia memperoleh penghargaan sebagai maskapai penerbangan berbiaya hemat terbaik di seluruh dunia. Penghargaan dari konsultan penerbangan ternama Skytrax ini menempatkan maskapai tersebut pada posisi diatas Jetstar Airways dan Virgin America.
Sejak diluncurkan sebagai maskapai penerbangan berbiaya rendah pada 2001, AirAsia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Mulai dari 250 karyawan, dua pesawat, dan satu destinasi, saat ini AirAsia telah menjadi grup bertaraf ASEAN dengan lebih dari 8.000 karyawan, 104 pesawat, dan lebih dari 78 destinasi.
Tak Hanya itu, Air Asia juga dinobatkan sebagai Maskapai Maskapai Berkinerja Terbaik sepanjang 2012 atau dari majalah Aviation Week. AirAsia mengalahkan maskapai penerbangan bergengsi seperi Singapore Airline dan maskapai berbiaya hemat terbesar di Eropa, Ryan Air.
Penghargaan ini berdasarkan analisa statistik kinerja operasional dan keuangan sebuah maskapai penerbangan. AirAsia menduduki peringkat teratas dalam kategori pendapatan tahunan sebesar US$250 juta – US$2 miliar.
AirAsia menduduki peringkat teratas dengan total nilai 81 poin, RyanAir menduduki peringkat kedua dengan 78 poin, kemudian disusul Singapore Airlines dengan 70 poin.
Kemampuan Air Asia melebarkan sayap bisnisnya ke sejumlah negara utama Asia tak terlepas dari dukungan operasional yang terus meningkat. Jika pada 2008, jumlah pesawat Air Asia hanya berjumlah 78 unit, pada 2011 lalu bertambah menjadi 97 unit.
Bertambahnya jumlah pesawat sejalan dengan makin besarnya jumlah penumpang yang menggunakan armada tersebut. Jika pada 2008, sebanyak 11.808.058 orang naik Air Asia maka tahun 2011 bertambah menjadi 17.986.558 orang.
Menanggapi akuisisi yang dibuat Air Asia, Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia atau Indonesian National Air Carriers Association (INACA) menilai langkah tersebut semakin menegaskan potensi penerbangan di Indonesia cukup besar.
Ketua INACA, Emirsyah Satar, menjelaskan bahwa akusisi yang dilakukan terhadap Batavia Air merupakan aksi normal, karena maskapai dalam negeri tersebut sendiri pun bersedia untuk diakusisi. "Akusisi ini bukan proses caplok-mencaplok," katanya.
Hampir senada dengan INACA, Pengamat Penerbangan, Alvin Lie, menilai langkah Air Asia merupakan strategi perusahaan untuk menguasai pasar Indonesia yang tumbuh sangat cepat. "Mereka sudah mempersiapkan diri untuk penerapan ASEAN Open Sky," katanya.
Alvin menilai langkah AirAsia membeli maskapai penerbangan di Indonesia merupakan langkah paling praktis untuk mewujudkan mimpinya menguasai pasar regional. Dengan rute dan agen perjalanan yang dim