Lokasi pembangunan STIP itu kini telah ditetapkan pemerintah pusat dengan koordinasi Pemerintah Kabupaten Luwu. Tepatnya di Dusun Labokke, Desa Puty, Kecamatan Bua. Jika terealisasikan, kampus STIP akan berada di kaki bukit sehingga dijamin jauh dari kebisingan kendaraan.
Bupati Luwu Andi Muzakkar ketika ditemui di ruang kerjanya menuturkan, dalam proyek pendidikan itu, pemerintah kabupaten, provinsi, dan pusat berbagi tugas. Yakni, untuk pembebasan lahan seluas 50 hektare ditanggung Pemkab Luwu, desain bangunan menjadi tanggung jawab Pemprov Sulsel, dan pemerintah pusat menanggung biaya fisik pembangunan kampus. "Kami sudah mengalokasikan anggaran senilai Rp3 miliar melalui dinas pendidikan untuk pembebasan lahan warga. Proses pembebasan lahannya sudah berjalan," tutur Cakka sapaan akrab Andi Muzakkar.
Estimasi anggaran yang dibutuhkan, tambah Cakka, untuk pembebasan lahan dipatok harga dasar yakni antara Rp15.000 hingga Rp20.000 per meter persegi. Sedangkan untuk desain dianggarkan senilai Rp1,4 miliar. "Anggaran fisiknya belum kami tahu karena itu akan ditanggung pemerintah pusat dan sementara disusun programnya di pusat," paparnya.
Menurut Cakka, jika program ini berjalan lancar, maka STIP Bua akan menjadi pusat penelor pilot, pramugari, dan teknisi pesawat kedua di Indonesia setelah Curug, Tangerang. "Kalau pemerintah pusat menunda program ini, maka Pemkab Luwu dan Pemprov Sulsel akan menggugatnya," tukas Cakka.
Sementara itu, seiring dengan pengembangan dunia pendidikan penerbangan, Kabupaten Luwu, khususnya Bandara Lagaligo juga akan menjadi bandara alternatif setelah Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Andi Muzakkar menegaskan, ke depan seiring dengan pengembangan STIP, Bandara Lagaligo juga akan menjadi workshop pesawat. "Jadi, akan banyak hanggar dibangun di Bandara Lagaligo, Bua nantinya," sebut Cakka.
Kepala Bandara Lagaligo Bua, Hariadi ketika dikonfirmasi terpisah mengatakan, kesiapan lahan bandara juga sudah sangat mendukung. Kata dia, terdapat lahan sekira 103 hektare, sudah termasuk runway dengan panjang 1.400 meter dan lebar 30 meter. "Maksimalnya runway bisa mencapai 1.800 sehingga nantinya bisa diterbangi pesawat jenis Boing 737 seri 200," kata Hariadi.
Ditambahkan, berdasarkan rencana Dinas Perhubungan Sulsel, dalam mendukung STIP maka pemerintah juga akan membangun runway paralel khusus untuk digunakan mahasiswa STIP agar tidak mengganggu runway komersil. "Untuk hangar sekarang ini kami belum miliki. Fasilitas yang ada baru sebatas tower, armada pemadam, asrama bagi pilot dan pramugari, dan sejumlah sarana pendukung penerbangan lainnya," jelasnya sembari menambahkan bahwa pihak bandara juga tengah melakukan penambahan damkar kategori tiga untuk melayani peswat ATR 72.
Di sekitar Bandara Lagaligo, sebut Hariadi, juga masih terdapat ratusan bahkan ribuan hektare lahan masyarakat yang belum dibebaskan dan berpotensi untuk mendukung pengembangan bandara ke depannya.
(Fajar Online)
Support by :