Kementerian Perhubungan berencana memindahkan ruang udara untuk kegiatan latihan taruna Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Tangerang. Kawasan ini dinilai sudah kurang memadai untuk digunakan dalam penerbangan pesawat latih. Ini juga terkait padatnya penerbangan komersial dari Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan Bobby R Mamahit mengatakan, minimnya waktu terbang latihan bagi para taruna akan berpengaruh terhadap produksi pilot. Ini mengingat latihan terbang merupakan materi pokok seorang taruna penerbang. "Fasilitas pendidikan di darat cukup bagus, termasuk simulator untuk pesawat latih, tapi memerlukan ruang udara yang ideal karena taruna wajib terbang," kata Bobby di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, terdapat beberapa lokasi sebagai alternatif untuk area latihan, seperti Lampung, Kalimantan, dan Jayapura. "Sekolah penerbang yang dibiayai pemerintah cuma satu, yaitu di Curug, makanya ada kesulitan ketika ingin meningkatkan produksi," ujarnya.
Terkait kekurangan tenaga penerbang komersial tersebut, Kementerian Perhubungan juga berencana membangun sekolah penerbang baru tingkat nondiploma di kawasan timur Indonesia dengan standar internasional dalam waktu dekat. Diharapkan dapat meningkatkan jumlah lulusan pilot menjadi 150 orang per tahun dari saat ini yang mencapai 90 pilot dari sekolah milik pemerintah.
Bobby mengatakan, pihaknya tengah melakukan persiapan pendirian sekolah penerbangan berstandar internasional di Papua. Sebab, produksi pilot merupakan kebutuhan mendesak yang harus direalisasikan. "Saat ini banyak maskapai penerbangan yang kesulitan mendapatkan pilot dari dalam negeri, sehingga menggunakan pilot asing," kata Bobby.
Selain itu, kata dia, juga akan didirikan sekolah penerbangan baru untuk tingkat kompetensi nondiploma. Nantinya para lulusan hanya mendapatkan lisensi dengan masa pendidikan lebih singkat 18 bulan. Sedangkan untuk pendidikan yang ada saat ini memerlukan waktu 24 bulan. Dari sisi biaya, sekolah baru non-diploma ini akan lebih murah dibandingkan sekolah lain yang sudah ada, seperti di STPI Curug-Tangerang, Banten.
Dia menambahkan, biaya pendidikan tenaga penerbang untuk tingkat dasar saat ini mencapai 50.000 dolar AS. Ini belum termasuk biaya lanjutan sesuai dengan teknologi pesawat. Misalnya, untuk membawa pesawat jenis airbus, seorang pilot harus dilatih pesawat jenis tersebut.
(Suara Karya)
Support by :