Sultan Sulu ke-33, Jamalul Kiram III.
Kiram menyatakan hal ini setelah adiknya, Sultan Bantilan Esmail Kiram II, bertemu dengan Menteri Dalam Negeri Filipina, Mar Roxas. Dia menegaskan tidak pernah memerintahkan sang adik untuk membicarakan soal penarikan mundur Tentara Kesultanan Sulu dengan pemerintah Manila.
"Hal sebenarnya adalah tidak ada negosiasi soal penarikan mundur. Saya tak suka itu. Ini seperti bermain baseball, saya sudah di base ketiga, buat apa saya berhenti?" kata Jamalul Kiram dalam jumpa pers di kediamannya di Manila.
"Penarikan mundur hanya terjadi setelah saya berbicara dengan adik saya di Sabah," kata dia merujuk pada Raja Muda Agbimuddin Kiram yang memimpin 234 orang bersenjata di Sabah saat ini.
Pernyataan Jamalul Kiram itu sekaligus membantah kabar tewasnya Raja Muda Agbimuddin Kiram di Sabah. Jasad yang ditemukan pasukan Malaysia di Sabah adalah salah satu panglima perang Agbimuddin, Haji Musa.
Namun, Jamalul Kiram menegaskan dia masih membuka pintu negosiasi dengan pemerintah Filipina, jika pemerintah benar-benar ingin mencari solusi untuk masalah Sabah.
"Mereka (pemerintah) harus berbicara langsung dengan saya," ujar Sultan Jamalul Kiram.
Sejak menguasai desa Tanduo, Lahad Datu pada 9 Februari lalu, anak buah Jamalul Kiram harus bertahan dari serangan besar-besaran yang digelar pasukan Malaysia.
Dengan mengerahkan 3.500 personil militernya, ditambah bantuan serangan udara dan artileri pasukan Malaysia berhasil menewaskan 57 orang Sulu. Sementara di pihak Malaysia delapan orang polisi dan satu tentara tewas.