Museum bersejarah yang terdapat di kota Makassar, Sulawesi Selatan ini diberi nama 'La Galigo' atas saran seorang seniman, karena nama ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. La Galigo adalah salah satu putra Sawerigading Opunna Ware, seorang tokoh masyhur dalam mitologi Bugis, dari perkawinannya dengan WeCudai Daeng Risompa dari Kerajaan Cina Wajo. Setelah dewasa, La Galigo dinobatkan menjadi Pajung Lolo (Raja Muda) di Kerajaan Luwu, pada abad ke-14.
'La Galigo' juga nama sebuah karya sastra klasik dalam bentuk naskah tertulis bahasa Bugis yang terkenal dengan nama Surek La Galigo, dengan panjang 9.000 halaman, dan La Galigo sendiri dianggap sebagai pengarangnya (studi mengungkapkan kemungkinan penulisnya adalah perempuan bangsawan). Isinya mengandung cerita-cerita, tatanan, dan tuntunan hidup orang Sulawesi Selatan dulu, seperti sistem religi, ajaran kosmos, adat-istiadat, bentuk, dan tatanan masyarakat/pemerintahan tradisional, pertumbuhan kerajaan, sistem ekonomi/perdagangan, keadaan geografis, dan peristiwa penting yang pernah terjadi. Naskah ini biasanya dibacakan secara berlagu kepada pendengarnya. Khusus ceritera tokoh Sawerigading, tidak hanya dikenal di daerah Bugis saja, tetapi dapat dijumpai dalam bentuk ceritera lisan di Makassar dan Toraja.
Museum La Galigo menyimpan koleksi sebagai berikut (Ruang 7-10 di lantai dua, Ruang 11-12 di lantai bawah tanah):
- Ruang 1: maket Benteng Ujung Pandang, benda-benda/bahan bangunan benteng, peta lokasi benteng Kerajaan Gowa, foto-foto Gedung yang dpugar
- Ruang 2: lukisan prasejarah, alat batu prasejarah, koleksi arkeologi
- Ruang 3: koleksi dari masa prasejarah, lukisan, sistem penguburan megalitik
- Ruang 4: gudang
- Ruang 5: koleksi numismatika dan arkeologi
- Ruang 6: koleksi etnografi
- Ruang 7: koleksi Kerajaan Sawitto; Kerajaan Wajo, Mandar, dan Tana Toraja; foto-foto pahlawan nasional dan Sulawei Selatan
- Ruang 8: koleksi Kerajaan Luwu
- Ruang 9: koleksi Kerajaan Bone
- Ruang 10: koleksi Kerajaan Gowa
- Ruang 11 dan Ruang 12: keramik asing dan peta lokasi penemuan keramik asing di Sulawesi Selatan.
Gedung No.10, terletak di sebelah selatan, terdiri dari tiga lantai dengan susunan penataan pameran sebagai berikut (Ruang 3-5 di Lantai II):
- Ruang 1 (Kebaharian): peta topografi, suku bangsa Sulawesi Selatan; miniatur perahu pinisi, patorani, palari, bahan pembuatan perahu, dll
- Ruang 2: bagang, roppong, alat penangkap ikan; perahu lambo, palari, bendi, dll
- Ruang 3 (Teknologi Tradisional): alat pertanian tradisional; lesung dari Raja Tolo Jeneponto; alat pengolahan sagu, gula merah, alat rumah tangga, musik tradisional anjong bola, dll
- Ruang 4 (Tenun Tradisional): alat penempaan besi dan hasil-hasilnya; alat proses pembuatan benang, lungsi; perangkat tenun tradisional; berbagai hasil tenunan dan pakaian adat Sulawesi.
- Ruang 5 (Pakaian Pengantin dan Pelaminan): pakaian pengantian adat suku bangsa di Sulawesi Selatan; pelaminan
- Ruang 6 (Wawasan Nusantara): pakaian adat Sulawesi Utara, Tengah, Kalimantan Timur, Sumatera Barat; panah dan patung dari Papua; pakaian adat Jawa dan Bali, dll; lukisan Syekh Yusuf, tasbih.
Sumber