K24-11 Di siang hari, ribuan kalong bergantungan bergelantungan hampir di seluruh dahan pohon di Kabupaten Soppeng. Meski amis, namun pemandangan ini menjadi eksotika tersendiri bagi daerah yang dikenal dengan sebutan Kota Kalong tersebut.
SOPPENG, Ada pemandangan unik yang menyambut Anda saat memasuki jantung kota Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, yang terletak di Kecamatan Watang Soppeng.
Suara riuh ribuan kelelawar, atau biasa juga disebut kalong, dengan aroma menyengat yang khas bakal Anda rasakan dengan mudah saat menginjakkan kaki di sana. Pemandangan ini menjadi sebuah eksotika tersendiri. Koloni ribuan kelelawar inilah yang kemudian menjadi landmark Kabupaten Soppeng yang dikenal dengan sebutan Kota Kalong.
Tidak diketahui persis kapan tepatnya kalong-kalong tersebut mulai bersarang di atas pepohonan yang berjejer di ruas-ruas jalan kota Watang Soppeng. Namun, masyarakat Kabupaten Soppeng meyakini keberadaan kalong yang wajahnya menyerupai tikus tersebut sudah sejak ratusan tahun lalu.
Selain dianggap sebagai "penjaga" kota Watang Soppeng, jika kalong-kalong tersebut pergi dalam waktu lama, warga meyakini sebagai pertanda datangnya bencana di daerah tersebut.
"Bahkan, kalau ada anak dara atau pemuda dari luar daerah yang kebetulan lewat di bawah pohon dan dijatuhi air seni kalong, sang gadis diyakini akan bersuamikan orang Soppeng," kata Gappar, warga setempat, kepada Kompas.com, Rabu (18/5/2011).
Meski berada di tengah riuh perkotaan, kelelawar Soppeng tetap bergelantung di pohon-pohon tanpa merasa terusik. Pemandangan alam Soppeng akan terlihat lebih eksotis menjelang malam. Secara bersamaan, koloni kalong melepas cengkeraman dari dahan pohon dan beterbangan dan menutupi langit Soppeng.
Watang Soppeng berjarak sekitar 150 kilometer, sebelah utara Kota Makassar. "Yang menarik, kalong-kalong itu hanya bisa didapati bergelantung di pepohonan sepanjang kota Watang Soppeng. Di wilayah lain di Soppeng, pemandangan tersebut tidak didapatkan," kata Gappar lagi.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Soppeng Zainuddin mengatakan, koloni kelelawar, baik saat beterbangan untuk mencari makan pada saat matahari akan tenggelam maupun ketika fajar menjelang, menjadi daya tarik sektor pariwisata di daerah tersebut.
Wisatawan lokal maupun mancanegara sengaja menunggu kelompok kelelawar tersebut beterbangan menutupi langit Watang Soppeng saat senja. "Ini merupakan potensi wisata alam yang menjadi salah satu sektor pendukung peningkatan perkonomian warga setempat," katanya.
"Eksotika kelelawar menjadi penarik minat wisatawan untuk mampir mengabadikan atau sekadar melihat aktivitas koloni kelelawar yang jumlahnya terus bertambah dan diperkirakan sudah mencapai ribuan ekor," ujar Zainuddin lagi.
Sementara itu, Nana, warga Pinrang yang mengaku baru pertama kali berkunjung ke daerah tersebut, mengaku sempat ngeri saat pertama kali menginjakkan kaki di kota ini. Bau menyengat yang dirasakannya pun sempat membuat perutnya mual. "Tapi setelah melihat lebih dekat, ternyata unik juga," katanya singkat.
(kompas)