Setelah sejumlah penyelidikan dilakukan terhadap bangkai pesawat Cesna 172, "Skyhawk," dengan registrasi PK - NIP, sekolah penerbangan PT.Nusa Flying International yang jatuh pada 16 November lalu, dan berdasarkan keterangan sejumlah saksi, dapat dipastikan pesawat tersebut jatuh karena cuaca buruk.
Cpt. Sugeng Triyono, yang merupakan kepala sekolah penerbangan Nusa Flying International kepada Tribunnews.com, Rabu (07/12/222011), mengatakan bahwa cuaca yang tiba-tiba memburuk, membuat pesawat menabrak sisi barat gunung Ciremai di Majalengka, Jawa Barat.
Ia menambahkan, bahwa dari bangkai pesawat juga tidak ditemukan adanya indikasi bahwa kerusakan telah terjadi di udara, sehingga menyebabkan kecelakaan.
Seperti yang diberitakan Tribun sebelumnya, terakhir pesawat melakukan komunikasi adalah pada pukul 09.00, dan diketahui berada sekitar 30 mil di Timur Purwakarta, Jawa Barat.
"Saksi dan data yang kami miliki menyebutkan cuaca memburuk setelah pukul 09.00 wib,"
Cuaca buruk itu juga disertai angin dari arah utara ke selatan. Menurut Sugeng, sejumlah saksi menyebutkan bahwa saat itu cuaca buruk juga menyebabkan kabut tebal, sehingga hal tersebut membuat jarak pandang menjadi sangat buruk.
Standard Operational Procedure dalam keadaan tersebut, kata Sugeng adalah segera menghindar dari cuaca buruk, dan terbang di kerendahan.
"Hal itu yang membuat jalur penerbangan pesawat melenceng dari yang seharusnya, pesawat sepertinya coba menghindar lebih ke Timur, dimana pesawat harus menuju kota Cirebon, namun justru mengarah ke Majalengka," tambahnya.
Dalam keadaan seperti itu, dan jarak pandang yang buruk, pesawat langsung menabrak sisi barat gunung Ciremai, di ketinggian sekitar 2400 mdpl. Hal tersebut membuat seluruh awak, yakni siswa penerbangan Muhamad Fikriansyah, (21), dan Agung Febrian, (30), dan seorang instruktur kapten Partogi (25), tewas seketika.
Dalam tragedi tersebut, menurut Sugeng seluruh prosedur telah dijalani, dan mesin juga bekerja dengan baik. Ia menganggap insiden tersebut bisa terjadi karena "Force Major," atau diluar kapasitas untuk dihindari.
Jenazah para korban, bersama dengan puing pesawat pada 29 November lalu, dengan kondisi ketiga awak menumpuk tak bernyawa di kokpit pesawat. Dua hari setelahnya jenazah pun sudah bisa dikembalikan ke keluarga masing-masing.
(tribunnews)
MENU UTAMA
Total Tayangan Halaman
283984
Entri Populer
-
Banyak suami yang mungkin tidak tahu kalau rejekinya dengan izin Allah mengalir lancar atas peran istri. Memang tidak dapat dilihat secara...
-
Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyiapkan pecahan uang kecil untuk kebutuhan Lebaran tahun ini mencapai Rp 200 triliun. Persediaan tersebut ...
-
Senang memang jika komputer baru saja di install ulang, karena kinerjanya jadi lebih cepat dari sebelumnya. Tapi satu hal yang paling dibe...
-
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat akan memiliki Bandara berskala Internasional yang diberi nama Tebelian Airport. Penegasan tersebut disam...
-
Fabian Januarius Kuwado Warga Tanah Merah, Koja, Jakarta Utara menggunakan hak pilihnya, ...
-
Dunia pelaut selalu identik menjadi milik kaum lelaki. Memang wajar, mengingat kerasnya hidup di atas kapal laut selama berbulan-bulan, d...
-
Keperawanan wanita oleh sebagian besar orang masih begitu disucikan. Saking diagungkannya, kadang orang menebak-n...
-
Seorang dokter di Roma mengamuk ketika ketangkap basah sedang mencabuli pasienya di ruang praktek pribadinya. Kejadian ini terjadi ket...
-
Hiburan film di dalam pesawat sudah lazim dipasang oleh maskapai penerbangan untuk menghibur penumpang. Namun maskapai Australia,...