Dalam Journal of Applied Social Psychology, para peneliti menjelaskan bahwa kurang tidur akan menyebabkan kontrol diri dan kemampuan berpikir jernih berkurang. Selain itu, kurang tidur juga akan mengurangi kemampuan tubuh menghadapi stres.
Makin sedikit waktu istirahat, makin sulit bagi Anda untuk menilai mana yang benar dan salah. Tak heran jika orang yang sering kurang tidur menjadi lebih rentan depresi.
Saat kurang tidur, proses berpikir, mengingat, dan belajar menjadi terganggu. Hal ini akan menyebabkan suasana hati seseorang menjadi kacau sehingga perilaku yang muncul jadi mudah tersinggung. Mereka juga menjadi sulit membuat keputusan.
"Saat tidur, tubuh sebenarnya sedang menabung energi. Pada level sel, terjadi proses perbaikan. Jika proses itu terganggu, kita tidak dapat melakukan hal yang kita inginkan, baik secara fisik maupun mental," kata Barry Krakow, pakar tidur.
Menurut Direktur Medis Sleep Medicine Center Martha Jefferson Hospital Christopher Winter, penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas amigdala saat waktu tidur berkurang. Amigdala adalah bagian otak yang mengatur emosi, seperti rasa marah.
"Cara otak berkomunikasi dengan amigdala setelah kurang tidur dalam jangka panjang bukan hanya mendorong munculnya emosi negatif, tapi juga membuat kita tak mampu mengendalikan perasaan buruk," kata Winter.
Pada anak-anak, kurang tidur juga akan mengganggu kontrol mereka terhadap emosi dan sifat impulsif. Anak-anak yang kelelahan dan kurang tidur pada umumnya lebih sering mengamuk (tantrum) dibandingkan dengan anak yang cukup tidur.