Penyebab terbesar kemandulan pada pria adalah kelainan sperma yang cukup banyak jenisnya. Salah satunya adalah azoospermia atau cairan mani tidak mengandung sel sperma sama sekali. Jumlah pria yang mengalami kelainan ini makin banyak jumlahnya.
Menurut Prof Arief Boediono, Direktur Laboratorium Embriologi Klinik Morula IVF Jakarta, diperlukan sekitar 20 juta sel sperma untuk membuahi sel telur.
"Saat ini semakin banyak pria yang sel spermanya kurang, bahkan tidak ada. Di Jakarta, pria yang mengalami gangguan itu sangat banyak," katanya dalam acara media edukasi bertajuk "Teknologi Mutakhir Optimalkan Program Bayi Tabung" di Klinik Morula IVF Jakarta, Rabu (31/10/2012).
Di Klinik Morula IVF saja, hampir 6 persen pria yang melakukan program bayi tabung menderita azoospermia. Belum lagi pria yang mengalami kelainan bentuk sperma dan kemampuan gerak atau motilitas.
Ditambahkan oleh dr Ivan Sini, SpOG, gangguan pada sperma sebenarnya juga ditemui pada populasi pria di banyak negara. "Gejala ini disebut juga dengan declaining male syndrome," katanya dalam kesempatan yang sama.
Penurunan kualitas dan jumlah sperma di dunia, menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet, sudah terlihat mulai tahun 1930-an. Perubahan gaya hidup, tingginya tingkat polusi, dan stres diduga berpengaruh pada kesehatan sperma.
"Kalau dulu menurut standar WHO jumlah sperma yang dianggap normal adalah sekitar 20 juta per cc, maka sejak tahun 2010 sperma 15 juta per cc sudah dianggap normal. Sekitar 10 tahun lagi bisa-bisa standar normalnya berkurang," kata Ivan, CEO Klinik Morula IVF.
Untuk menjaga kesuburan pria, Ivan menyarankan agar para calon ayah mulai memperhatikan gaya hidupnya. "Hindari rokok, alkohol, serta kurangi paparan polusi di sekitar kita," katanya.
Dengan kemajuan teknologi kedokteran, kini pria yang menderita gangguan sperma tetap punya harapan untuk menimang bayi. Salah satunya adalah teknik pengambilan sel sperma terseleksi untuk dilakukan pembuahan lewat program bayi tabung.
Sumber : kompas.com