"Biasanya pada minggu terakhir puasa banyak orang pecah konsentrasinya. Mereka kemudian berbuka asal-asalan yang mengakibatkan sakit di lambung, rematik, atau sakit kepala," kata Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, ahli kesehatan pencernaan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang ditemui di Jakarta, Jumat (3/8/2012).
Gangguan kesehatan tersebut kerap membuat orang mengambil jalan pintas dengan mengkonsumsi obat-obatan baik obat rematik, obat pengencer darah, obat sakit kepala, jamu penghilang sakit dan jamu-jamu rematik yang mengkalim dapat menghilangkan sakit. Proses instan ini, menurut Ari malah berbahaya karena berujung pendarahan pada saluran cerna.
Selain itu, masalah kurang tidur selama puasa juga patut diwaspadai. Orang yang berpuasa relatif kurang tidur karena sekitar pukul 3 dini hari mereka harus bangun untuk sahur, sementara aktivitas sehari-hari tetap berlangsung.
"Kurang tidur badan jadi terasa pegal. Untuk mengurangi pegal secara instan orang pilih konsumsi obat secara sembarangan, buntutnya bisa sampai pendarahan saluran cerna," katanya.
Ari menyarankan untuk mengatasi pegal, sebaiknya cukup menggunakan obat gosok daripada konsumsi obat. Apabila sakit tak tertahankan, orang dapat meminum parasetamol yang relatif aman untuk lambung.
Hal lain yang patut diwaspadai orang yang berpuasa adalah menjaga konsenstrasi saat di jalan raya. Ari mengutip beberapa penelitian di negara-negara Arab yang menyebutkan bahwa kecelakan di jalan raya meningkat selama bulan Ramadhan dibandingkan bulan lainnya. Perubahan pola tidur saat puasa sangat berpengaruh terhadap konsentrasi pengendara kendaraan bermotor.
"Jangan memaksakan diri membawa kendaraan kalau memang sangat mengantuk. Berhati-hati juga di pagi hari atau saat sore mengejar waktu buka puasa. Kadang orang relatif mempercepat kendaraan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan," ujarnya.
Sumber : kompas.com