Jumlah maskapai penerbangan yang terus bertambah menjadi berita positif bagi tenaga kerja yang berkecimpung di dunia penerbangan. Salah satunya adalah pilot penerbang. Hingga saat ini, jumlah pilot lokal yang mengantongi sertifikat terbang baru berjumlah 5.500 orang. Jumlah ini ternyata masih kurang banyak.
Menurut hitungan Hasfriansyah, Ketua Federasi Pilot Indonesia, maskapai penerbangan saat ini masih butuh tambahan pilot sebanyak 800 - 900 pilot baru. "Secara rata-rata kita masih kekurangan pilot sekitar 300 orang saban tahun," katanya.
Pasalnya dari 13 sekolah pilot yang ada di tanah air, kalau dijumlahkan baru sanggup meluluskan 650 pilot untuk setiap tahunnya. Satu sekolah baru sanggup meluluskan sekitar 50 orang pilot.
Tak heran, maskapai penerbangan terpaksa mempekerjakan pilot asing. Meski harus mengeluarkan dana lebih besar lantaran gaji pilot asing lebih tinggi ketimbang pilot lokal. Saat ini, jumlah pilot asing yang ada di Indonesia lumayan banyak. sekitar 700 pilot. "Jumlah ini tergolong banyak," kata Hasfriansyah.
Navigasi juga kurang
Salah satu kendala kurangnya pasokan pilot lokal adalah karena biaya sekolah pilot yang tergolong mahal. Menurut Hasfriansyah, total biaya pendidikan satu pilot berkisar Rp 500 juta-Rp 700 juta.
Supaya persoalan ini cepat terselesaikan, ia menyarankan supaya pemerintah mau turun tangan. Salah satu langkahnya adalah pemerintah daerah bisa memberi dana bantuan pendidikan kepada putera terbaik di daerah masing-masing untuk dididik menjadi pilot. Lewat skema ini, bisa mendorong jumlah lulusan sekolah pilot.
Rupanya, keterbatasan tenaga kerja di industri penerbangan tak melulu ada di pilot.
Menurut Ketua umum Indonesia Air Traffic Control Association (IATCA), IGK Susila, Indonesia tenaga pengatur lalu lintas udara atau air traffic controller (ATC) juga masih kurang sekitar 1.000 orang lagi. "Saat ini yang tersedia baru 1.200 orang," kata Susila.
Idealnya, jumlah tenaga polisi lalu lintas udara tersebut sekitar 2.200 orang.
Lagi-lagi kendala utamanya masih sama dengan apa yang dialami tenaga pilot, yakni kekurangan dalam mencetak tenaga pengatur lalu lintas udara yang handal. Soalnya, menurut Susila, sejauh ini, baru ada empat institusi yang sanggup mencetak tenaga ini, yakni Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug, Tangerang, Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (AKTP) Medan, ATKP Surabaya dan ATKP Makassar. Namun jumlah lulusan masih belum memadai.
Penyelesaiannya sebetulnya ada, yakni rencana pemerintah membentuk Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (PPNPI) yang belum keluar. Nantinya, lembaga ini yang bertanggung jawab menutupi jumlah kekurangan tenaga navigasi.
(Tribunnews)