Vicky Prasetyo dengan bahasa "intelek"-nya seakan membius masyarakat untuk terus memperbincangkannya di media sosial ataupun pembicaraan sehari-hari. Tak sedikit pula orang yang bertanya-tanya, apakah di balik gaya bicaranya yang konyol dan amburadul, Vicky sebenarnya mengidap suatu kelainan jiwa?
Mungkinkah mantan tunangan penyanyi dangdut Zaskia "Goyang Itik" (Gotik) tersebut mengalami suatu gangguan atau perilaku yang menyimpang? Apa komentar psikolog terkait perilaku Vicky yang kini banyak diberitakan?
"Banyak gangguan psikologis yang mungkin dapat dialami oleh Vicky, namun belum bisa dipastikan apa karena belum ada pemeriksaan psikologis pada yang bersangkutan," ujar psikolog Kasandra Putranto saat dihubungi Kompas.com, Senin (16/9/2013).
Oleh karena itu, Kasandra menekankan perlunya pemeriksaan psikologis terpadu untuk memastikan gangguan yang mungkin ada pada Vicky. Terlebih lagi, Vicky tidak hanya menciptakan tren gaya bahasa "Vickinisasi", tetapi juga terlibat dalam kasus penipuan.
Menurut Kasandra, penentuan Vicky mengalami gangguan psikologis tidaklah sederhana. Pasalnya, perlu diketahui dulu motif penipuan yang dilakukannya, apakah penipuan murni yang beralasan uang atau penipuan yang dilandasi gangguan psikologis.
"Inilah yang membuat pemeriksaan psikologis menjadi hal utama yang perlu dilakukan karena menentukan Vicky mengalami gangguan psikologis tanpa pemeriksaan berarti melanggar kode etik," tegas staf bagian pengembangan profesi dan keilmuan Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia ini.
Soal tren bahasa yang diciptakan Vicky, Kasandra menilai gangguan psikologis belum tentu jadi penyebabnya. "Setiap orang bisa menciptakan tren, seperti dulu Agnes Monica pernah memopulerkan gaya wanita memakai dasi pria," tegasnya.
Hanya, menurutnya, tren "Vickinisasi" mungkin akan berakibat pada perusakan kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Kasandra mengatakan, setiap istilah baru dalam bahasa diciptakan dengan tujuan. Pengesahannya digunakan menjadi bahasa baku tentu membutuhkan pengkajian yang kuat dari para ahli bahasa.
"Vicky jelas bukan ahli bahasa sehingga tujuannya menciptakan istilah baru belum tentu benar," pungkasnya.
Sumber: kompas.com