Wanita mana yang tahan jika suaminya kerap ngorok saat tidur? Tentu banyak yang berkata tidak tahan karena suara dengkuran memang berisik dan dapat mengganggu tidur. Tapi terlepas dari siapa yang ngorok, banyakkah pasangan yang menyadari bahwa ngorok dapat mengganggu kehidupan seks mereka?
"Kebanyakan yang pernah saya tangani sampai pisah ranjang gara-gara ngorok. Kalau penelitian dari Amerika sendiri ada yang menyebutkan bahwa ngorok menjadi pemicu ketiga setelah nomer satu selingkuh dan faktor ekonomi dalam perceraian di sana," tutur pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran Jakarta, dr Andreas Prasadja, RPSGT, dalam perbincangan dengan detikHealth yang ditulis pada Rabu (19/6/2013).
"Tetapi untuk implikasi lebih dalam ngorok yang menimbulkan sleep apnea akan membuat kualitas tidur menjadi buruk akhirnya tentu akan memilih tidur daripada having sex, libido sudah pasti turun, dan jadi emosional. Biasanya kalau sudah begini pasti kecenderungan jadi egois dan emosional," simpul dokter yang akrab dipanggil Ade tersebut.
Sedangkan menurut sebuah studi dari Mayo Clinic, akibat yang paling menonjol dari kondisi semacam ini adalah banyak pria yang melaporkan bahwa fungsi seksual mereka berjalan normal tapi tingkat kepuasan seksualnya sangat rendah. Bahkan bila dibandingkan dengan pria yang tidak ngorok, tukang ngorok dua kali lebih sering dilaporkan mengalami ketidakpuasan seksual, meskipun tak ada masalah dengan libido, ereksi maupun kemampuan ejakulasinya.
Lalu benarkah pria yang gemar ngorok lebih rentan terkena disfungsi ereksi? "...karena pertama, kurang oksigen, kedua, orang tersebut akan mengalami kurang tidur padahal penis itu harus dilatih secara teratur," terang dr Ade.
"Dilatih d isini maksudnya bukan dilatih dengan memikirkan yang tidak baik, ada mekanisme otomatis pada REM (Rapid Eye Movement) yang otomatis akan memberikan efek pada penis sehingga ada ereksi. Tetapi karena sleep apnea, penis bisa jadi kurang terlatih dan menimbulkan disfungsi ereksi," tambahnya.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Sexual Medicine tersebut menjelaskan bahwa ngorok atau dalam bahasa medisnya disebut sebagai sleep disordered breathing (SDB) ini sebenarnya erat kaitannya dengan kualitas tidur yang buruk dan gangguan tidur seperti sleep apnea. Padahal jika hal itu terjadi, orang yang bersangkutan akan berisiko lebih tinggi terkena diabetes, stroke, serangan jantung, dan gagal jantung. Kalau penyakit-penyakit ini menjadi kronis, secara otomatis fungsi seksual pria akan terganggu sepenuhnya, libidonya menurun, dan risiko disfungsi ereksi tak dapat dihindari lagi.
Lalu bagaimana dengan dampak kebiasaan mendengkur bagi pasangan suami istri? Banyak pakar sepakat jika suami yang ngorok mengakibatnya istrinya jadi kurang tidur atau kurang intim karena stres atau ngantuk akibat semalaman terganggu dengkuran suaminya sehingga pasangan menjadi malas ketika diajak bercinta.
"Sementara pasangan yang tidak ngorok jengkel dan merasa menjadi korban, sebaliknya pasangan yang ngorok jadi mudah marah dan kesepian. Dalam kasus-kasus ekstrim, keduanya akan berakhir dengan tidur di kamar yang terpisah. Padahal ini bisa jadi cikal bakal hancurnya hubungan pernikahan dan kehidupan seks seseorang karenanya kurangnya keintiman fisik," timpal pakar lain, Dr. Rita Larsen-Reindorf, Ear, Nose and Throat Specialist di Komfo Anokye Teaching Hospital, Kumasi, Ghana seperti dilansir myjoyonline.
Kalaupun ada sejumlah pasangan yang cukup pengertian dan tidak bertengkar meski pasangannya ngorok, tapi pasangan yang tidak ngorok akan tetap terganggu. Jika dibiarkan, kondisinya akan kembali ke awal di mana pasangan jadi malas bercinta atau kurang intim karena pola tidur yang terganggu. Tampaknya ini menjadi semacam lingkaran setan yang takkan ada habisnya sampai kebiasaan ngoroknya disembuhkan.
Sumber: detik.com