PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) sedang melakukan pendataan terhadap seluruh penumpang yang tewas dalam musibah jatuhnya pesawat jenis 212-200 Nusantara Buana Air (NBA) di tengah hutan di puncak pegunungan Bukit Barisan di Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut).
Tiga di antara korban tewas itu sudah dipastikan menerima santunan karena terdaftar dalam kepesertaan di Jamsostek.
Korban yang sebelum tewas sudah lama terdaftar di Jamsostek itu meliputi pilot NBA bernama Famal Ishak. Keluarga almarhum akan mendapatkan santunan sebesar Rp 2.040.000.000. Sementara itu, kru pesawat lain yang juga terdaftar dalam perusahaan itu adalah Nico Matulesi dan Budiono Sutopo. Kedua menerima bantuan santunan sebesar Rp 552 juta dan Rp 288 juta.
"Perusahaan ini juga akan menyerahkan santunan buat penumpang lain yang turut tewas dalam musibah kecelakaan pesawat tersebut. Mereka yang mendapatkan santunan itu jika nama korban sebelumnya sudah terdaftar sebagai peserta Jamsostek," ujar Kepala PT Jamsostek (Persero) Cabang Medan, Pangarapen Sinulingga di Medan, Rabu (5/10).
Sinulingga mengharapkan, keluarga korban yang ditinggalkan sebaiknya segera memberitahukan kepala perusahaan ini jika mengetahui korban sebelum tewas sudah jauh hari sebelumnya terdaftar dalam jamsostek. Keluarga korban dapat melakukan pemberitahuan kepada perusahaan cabang ini untuk segera ditindaklanjuti ke perusahaan tempat korban bekerja sebelumnya.
"Ini lebih efektif untuk mempermudah penyaluran dana santunan buat keluarga yang ditinggalkan. Mereka yang terdaftar dalam Jamsostek dipastikan menerima santunan. Sejauh ini, mereka yang teridentifikasi dalam Jamsostek baru kru pesawat itu saja. Bila ada korban lain yang terdafdar dalam Jamsostek pasti cepat untuk diproses," sebutnya.
Sebelumnya, Ketua Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Marsekal Muda TNI Purn Tatang Kurniadi mengatakan, proses identifikasi penyebab dari kecelakaan pesawat berbadan kecil sehingga menewaskan 18 orang termasuk pilot, co pilot dan kru pesawat, masih diselidiki petugas KNKT di pusat laboratorium penerbangan di Jakarta.
"Untuk mengetahui penyebab utama dari kecelakaan tersebut membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dalam hal ini, petugas akan meneliti dengan mendengar pembicaraan terakhir pilot dengan radar pemantau. Petugas juga sedang mengambil data meteorologi, data pesawat yang jatuh dan lainnya. Seluruh data itu nantinya akan dirangkum," jelasnya.
Tatang menyampaikan, proses yang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab utama jatuhnya pesawat tersebut memakan waktu sekitar satu bulan. Pihaknya belumdapat memastikan penyebab dari jatuhnya pesawat selama temuan kotak hitam (black box) masih diteliti. Petugas nantinya akan memberikan informasi itu setelah penyelidikan selesai dilaksanakan," sebutnya.
(Suara Pembaharuan)