Bahkan, jika nilai rupiah ini bertahan hingga lima bulan ke depan di level tersebut, sebagian maskapai
penerbangan Indonesia akan gulung tikar.
Agung Dewanta,
Vice President Sales and Distribution PT Citilink Indonesia, Kamis 19 Desember 2013, mengatakan bahwa saat ini perusahaan
penerbangan dalam operasinya itu 80 persen menggunakan mata uang dolar, sedangkan memperoleh pendapatannya dengan nilai mata uang rupiah.
"Dari dolar Rp9.000 hingga saat ini melonjak hingga di atas Rp12.000, keuntungan perusahaan sudah terkuras hingga 30 persennya. Jika ini terus berlangsung lama, tinggal menunggu waktu maskapai
penerbangan di Indonesia akan gulung tikar," katanya di sela-sela acara Gathering Citilink dengan Media dan Travel Agent di Yogyakarta.
Menurut dia, perusahaan
penerbangan yang akan gulung tikar dengan melemahnya nilai rupiah ini adalah perusahaan yang dimiliki swasta tanpa konsorsium.
"Anda bisa tahu, mana saja perusahaan maskapai
penerbangan yang dimiliki oleh swasta tanpa konsorsium. Maskapai
penerbangan itu yang nantinya akan gulung tikar," tuturnya.
"Kalau Anda sering menggunakan pesawat dan pesawatnya tidak pernah 'dicuci' itu tanda-tanda akan kolaps," tambahnya.
Lebih lanjut, Agung mengatakan bagi maskapai
penerbangan yang memiliki izin terbang pada daerah yang gemuk, sehingga tingkat hunian kursi bisa mencapai di atas 90 persen akan lebih aman posisinya, meski maskapai tersebut tidak didukung konsorsium.
Namun, dalam kenyataannya, kata dia, jalur-jalur yang gemuk tersebut sudah tidak mungkin lagi ada tambahan slot
penerbangan.
"Penerbangan dari Jakarta ke berbagai tujuan di Indonesia atau regional saat ini sangat penuh dan tak mungkin menambah slot lagi meski memiliki banyak unit pesawat. Sedangkan
penerbangan antarprovinsi di luar Jakarta, penumpangnya tak sebanyak penumpang pesat dari Jakarta dan tujuan Jakarta," ujarnya.
Sebenarnya, ada yang bisa ditempuh pemerintah agar maskapai dapat bertahan terhadap gejolak nilai rupiah yaitu dengan membuka kembali harga tiket batas atas dan membatasi tiket batas bawah. Selama ini dalam
penerbangan, pemerintah hanya membatasi harga tiket batas atas.
"Jika pemerintah membuka harga tiket batas atas memang akan terkendala daya beli masyarakat. Namun, jika masih tidak memberlakukan tarif batas bawah yang ada persaingan antarmaskapai akan tidak sehat," tuturnya.