Padahal, salah satu putri Proklamator Indonesia itu sejak jauh-jauh hari meminta agar film berdurasi 2 jam 17 menit tersebut tidak diputar dan diedarkan. Alasannya, film garapan Hanung Bramantyo itu tidak menceritakan sosok Soekarno yang sesungguhnya.
"Film tentang Soekarno yang digarap Multivision Plus dan disutradarai Hanung Bramantyo tidak sesuai dengan sosok Soekarno asli. Film Soekarno memalukan," ucap Rachmawati saat jumpa pers di Universitas Bung Karno, Cikini, Jakarta, Kamis 12 Desember 2013.
Rachmawati menilai, sejak awal pembuatan skenario film, sudah terjadi pelecehan terhadap sosok Soekarno. Pada penggarap hanya memanfaatkan nama besar Soekarno untuk komersialisasi.
Pemutarbalikkan Fakta
Menurut Rachmawati, yang menjabat Ketua Yayasan Pendidikan Soekarno, film itu tidak menceritakan sosok Soekarno yang sesungguhnya. Dari adegan tangan polisi militer menampar pipi Soekarno beberapa kali, hingga terjatuh ke lantai. "Itu tidak pernah dialami oleh Soekarno," katanya.Selain itu, dalam film itu terdapat adegan melecehkan sosok sang Presiden yang sedang merayu perempuan di dalam kamar yang mengenakan pakaian seronok.
Banyak hal yang dikritisi Rachmawati. Dalam film itu juga terdapat adegan Soekarno sedang mendiktekan Bung Hatta saat perumusan naskah proklamasi. "Padahal naskah proklamasi dibuat oleh Bung Hatta, bukan Bung Karno. Ini terjadi pemutarbalikkan fakta," kata Rachmawati.
Adik Megawati Soekarnoputri itu sebelumnya sudah melayangkan gugatan ke pengadilan agar film yang menceritakan soal ayahnya dihentikan. Sebab, isi dan cerita dalam film itu merupakan hasil ide dan gagasannya.
Meski diprotes keras oleh keluarga, tapi pemutaran film ini sudah diputar perdana sejak Rabu kemarin dan hingga kini masih terus diputar di sejumlah bioskop.