Kehamilan yang tak kunjung datang kerap membuat pasangan berasumsi mengenai kemungkinan penyebabnya dan kekhawatiran pun mulai muncul. Seperti rasa khawatir ketika suami sering ejakulasi dini saat berhubungan seks, yang kemudian dikaitkan dengan gangguan kesuburan pria dan kecilnya kemungkinan hamil karenanya.
Dokter ahli seksologi dan andrologi, Wimpie Pangkahila, menjelaskan ejakulasi dini tidak mencerminkan ada tidaknya gangguan kesuburan. Tidak ada hubungan antara ejakulasi dini dengan keadaan kesuburan seorang pria. Artinya, seorang pria yang mengalami ejakulasi dini, kesuburannya mungkin saja normal. Sebaliknya, pria yang tidak mengalami ejakulasi dini, mungkin saja kesuburannya terganggu, bahkan mandul, sehingga tidak dapat menghasilkan kehamilan.
Tidak Berkaitan
Kehamilan hanya mungkin terjadi kalau berlangsung pembuahan sel telur wanita oleh sel spermatozoa pria. Pembuahan hanya mungkin terjadi kalau hubungan seksual dilakukan pada masa subur wanita. Hubungan seksual di luar masa subur wanita tidak akan menghasilkan pembuahan dan kehamilan.
Pembuahan lebih mudah terjadi kalau keadaan kesuburan pihak suami dan istri baik, dan tidak mengalami gangguan pada sistem reproduksinya. Sebaliknya, kalau kesuburan terganggu dan sistem reproduksi mengalami gangguan, kehamilan mengalami hambatan, bahkan mungkin tidak dapat terjadi.
Gangguan Kesuburan
Ejakulasi dini yang dialami suami bukanlah penyebab seorang istri tidak hamil, walaupun telah lama menikah. Kecuali bila ejakulasi dini yang terjadi tergolong berat, sehingga tidak ada sperma yang masuk melalui vagina.
Pria yang menderita ejakulasi dini berat, mengalami ejakulasi sebelum penis masuk ke vagina. Jadi, selama ejakulasi terjadi di dalam vagina kemungkinan dapat menghamili tetap ada, asal kesuburannya baik dan di pihak wanita tidak ada gangguan.
Yang perlu dipertanyakan adalah adakah gangguan kesuburan atau hambatan pada sistem reproduksi pasangan suami istri? Pemeriksaan yang lengkap dapat menyimpulkan apakah ada gangguan atau kelainan pada suami dan istri. Jika sudah ada kesimpulan, barulah dapat dilakukan langkah pengobatan atau tindakan yang tepat.
Namun, memang ada keadaan tertentu yang tidak dapat diatasi lagi. Misalnya kerusakan pada buah pelir sehingga spermatozoa tidak dapat diproduksi sama sekali atau kerusakan pada indung telur sehingga sel telur tidak dapat diproduksi.
Jika terjadi kerusakan, apakah masih dapat hamil atau tidak? Jawabnya tergantung sejauh mana gangguan yang terjadi, baik pada istri maupun suami. Kalau tidak ada gangguan kesuburan pada istri atau suami, tak mungkin kehamilan tidak terjadi dalam waktu lama.